Bagaimana cara Suami dalam Menyikapi Kesalahan Istri

 
Bagaimana cara Suami dalam Menyikapi Kesalahan Istri
Sumber Gambar: ilustrasi.Png

LADUNI.ID, Jakarta – Hubungan suami istri dalam rumah tangga tidak selalu harmonis. Adakalanya salah seorang berbuat kesalahan yang menyebabkan adanya permasalahan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan yang bijaksana dari suami dalam menyikapi kesalahan istri.

Sebagai pemimpin keluarga seorang suami harus paham bagaimana menyikapi kesalahan istrinya.
Di antara sebab awetnya sebuah rumah tangga adalah sikap suami yang pemaaf dan memahami kekurangan istrinya sebagaimana umumnya wanita yang lain. Ketika seorang istri berbuat kesalahan, maka tidak perlu setiap kesalahan istri itu harus ditegur, apalagi dijadikan sebagai sebuah masalah yang besar dan serius. Apalagi kemudian ditegur dengan kasar. Akan tetapi, hendaklah suami memilah dan memilih, manakah di antara kesalahan tersebut yang perlu ditegur, dan manakah kesalahan yang tidak perlu ditegur, alias dibiarkan saja.

Nabi SAW ketika menegur istri beliau, sebagaimana yang diceritakan dalam firman Allah SWT :

وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِ قَالَتْ مَنْ أَنْبَأَكَ هَذَا قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ

Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu? Nabi menjawab: Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. At-Tahrim 66: 3)

Kita mengetahui bahwa istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah wanita-wanita utama dan pilihan. Suatu ketika, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan beberapa perkara kepada istrinya, yaitu ibunda Hafshah Radhiyallahu ‘Anha, dan berpesan kepada Hafshah agar tidak menceritakannya kepada siapa pun. Akan tetapi, Hafshah Radhiyallahu ‘Anha tidak menunaikan wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hafshah justru menceritakan perkara tersebut kepada ibunda ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.

Lalu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala  pun memberi tahu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam perihal kejadian tersebut. Sehingga akhirnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menegur Hafshah atas sebagian kesalahannya saja, dan membiarkan (memaklumi) kesalahan yang lain.

عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ

“ … lalu Muhammad memberitahukan sebagian (kesalahan yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan (membiarkan) sebagian (kesalahan) yang lain (kepada Hafsah) … “

Demikianlah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika menegur istrinya. Yaitu, beliau menegur sebagian kesalahan saja, dan memberikan toleransi atas sebagian kesalahan yang lain. Kurang lebihnya, jika seorang istri memiliki sepuluh kesalahan misalnya, tegurlah tiga, empat, atau lima kesalahan saja (yang memang betul-betul perlu ditegur). Dan biarkan (tidak menegur) sisa kesalahan yang lainnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala  juga memotivasi kita untuk mudah memafkan kesalahan dan keteledoran orang-orang yang berada di bawah kita.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin, dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah. Dan hendaklah mereka memaafkan (secara lahiriyah) dan berlapang dada (yaitu, memaafkan secara batin). Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur 24:22)

Semoga uraian singkat ini dapat menjadi masukan dan bahan renungan untuk para suami. Saling memaafkan merupakan sebuah hal yang sangat diwajibkan oleh Agama Islam. Begitu juga dalam konteks kehidupan berumah tangga. Dimana suami seharusnya memaafkan segala kesalahan istri dengan lapang dada dan begitupun sebaliknya, istri juga harus selalu memaafkan kesalahan suami. Memaafkan akan menjauhkan hubungan suami istri dari perasaan dendam yang dapat mengakibatkan keretakan dalam rumah tangga. Selain itu, baik suami ataupun istri harus mengimbanginya dengan komunikasi yang baik. Supaya masing-masing pihak tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari.

 

Sumber : Dari Berbagai Sumber Islam

___________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Sabtu, 25 Agustus 2018 . Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.

Editor : Sandipo