Grobogan Bumi Pepali

 
Grobogan  Bumi Pepali

Selain menampilan berbagai pagelaran seni dan budaya untuk menyambut peserta Konferensi Wilayah  (Konferwil) XV NU Jateng di Pondok Pesantren Miftahul Huda Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Grobogan , Kiai Rohib Sumowijoyo Al-Hafidh selaku ketua Lembaga Seni Budaya Musllimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Grobogan juga mendorong Icon terbaru Kabupaten yang selama ini terkenal dengan sebutan  Kota Swieke yang merujuk pada banyaknya pedagang swieke kodok  diganti dengan ‘’Bumi Pepali’’

Karena Kabupaten Grobogan secara resmi telah memiliki jargon ‘’Bersemi’’, yakni Bersih, Sehat, Mantap dan Indah (Bersemi). Namun ikon yang dikenal luas oleh masyarakat, Grobogan adalah ‘’Kota Swieke’’ yang merujuk pada banyaknya pedagang swieke kodok. ujar Ketua Lesbumi NU Grobogan itu, Sabtu (7/7/2018)

’Ini tentu menjadi ikon negatif bagi Kabupaten Grobogan. Maka kami mendorong agar ‘Bumi Pepali’ menjadi ikon kabupaten ini,’’ ujar suami Nyai Lutfiyah Alhafidhoh dan ayahanda dari Luayy Fahri Sumowijoyo, Lujji Shidiq Sumowijoyo, Lubbi Ahmad Sumowijoyo, Lubna Karima Sumowijoyo.

Bumi Pepali sendiri, menurutnya, adalah nasihat utama yang tidak boleh dilanggar, dijunjung tinggi, dan bertuah, karena mengandung hikmah, karomah dari sang penyampai atas izin Allah,’’ tuturnya pengasuh Pondok Pesantren Al-Madinah Wates, Kradenan, Grobogan.

Nasihat ini, lanjutnya, diucapkan oleh waliyyulah di Kabupaten Grobogan, yakni Ki Ageng Selo. Kata ‘’pepali’’ ini ditemukan oleh Kapolres Grobogan pada sekitar 2012 waktu itu, yakni AKBP. Langgeng Purnomo. ‘’Dulu, setiap kali apel bersama anggotanya dan di 19 Polsek seluruh Kabupaten Grobogan yang ada, mengikrarkan pepali,’’ lanjutnya menambahkan.

Lalu pada 2013, Lesbumi NU Kabupaten Grobogan, membuat pepali tersebut sebagai lirik solawat dengan cengkok solawat thibbil quluub (tombo ati). ‘’Solawat ini saya beri judul solawatan pepali,’’ kata Dewan Khos Pagar Nusa Jawa Tengah.

Pepali Ki Ageng Selo ini memuat tujuh pitutur, yakni ojo agawe angkuh (jangan bertindak angkuh), ojo ladak lan ojo lali (jangan bengis dan jahit), ojo ati serakah (jangan berhati serakah), lan ojo celimut (jangan panjang tangan), ojo mburu aleman (jangan mencari pujian), ojo ladak; wong ladak pan gelis mati (jangan bengis dan emosian, bisa cepat mati) dan ojo ati ngiwo (jangan condong ke kiri).