Pesantren Ekologi #4: Ponpes Harapan Umat

 
Pesantren Ekologi #4: Ponpes Harapan Umat

LADUNI.ID I KOLOM- Membangun Pesantren yang memiliki konsep Pesantren ekologi. Selain belajar mengaji, para santri juga diajarkan bertani dengan model pertanian ekologi, yakni memelihara berbagai habitat di dalamnya untuk menjaga ekosistem yang saling terkait satu sama lainnya. menjaga lingkungan hidup juga merupakan sebuah kewajiban bersama untuk mengurangi kerusakan di muka bumi juga akibat tangan manusia yang tidak bertanggung jawab dan ini sebagaimana di tegaskan dalam firmanAllah SWT dengan bunyi-Nya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).“ (Qs. ar-Rum : 41)

Ayat di atas banyak mengandung pelajaran di dalam kehidupan kita, bahwa kerusakan-kerusakan yang menimpa kehidupan manusia benar-benar telah terjadi dengan jelas dan bisa disaksikan secara langsung oleh semua lapisan masyarakat. Kerusakan tersebut mencakup kerusakan non fisik seperti kerusakan akhlaq, perilaku dan moral. Begitu juga mencakup kerusakan fisik; seperti bencana alam, menyebarnya berbagai macam penyakit, kerusakan ekosistem dan kerusakan infrastruktur. Itu semua terjadi akibat perbuatan manusia yang durhaka kepada Allah, Dzat Yang Menciptakan alam semesta ini. Mereka berbuat syirik, menyembah selain Allah dan terus menerus bermaksiat kepada-Nya. Perbuatan syirik dan maksiat adalah sumber segala bentuk kerusakan yang terjadi di muka bumi ini. Kedua hal tersebutlah yang mendorong manusia untuk membuat kerusakan-kerusakan di muka bumi ini. Allah  berfirman :“Janganlah kalian merusak bumi ini  (dengan kesyirikan dan kemaksiatan), sesudah bumi ini diperbaiki (dengan tauhid dan ketaatan), maka sembahlah Allah dengan rasa takut dan mengharap. Sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat baik,  (yaitu orang-orang yang memperbaiki dunia ini dengan tauhid dan ketaatan kepada Allah).”  (Qs. al-A’raf : 55-56) . Sedangkan ungkapan “di daratan dan lautan” dalam ayat diatas memberi pengertian bahwa kerusakan ini sudah merambah semua tempat, baik di daratan, seperti tanah longsor, gempa bumi,  gunung meletus, kebakaran hutan, banjir, polusi udara, dan pencemaran lingkungan, maupun kerusakan di lautan; seperti terjadinya tsunami, pencemaran air laut, terbakarnya kapal-kapal, tumpahnya minyak-minyak dari kapal tanker, matinya ikan-ikan dan terganggunya ekositem laut. (Ahmad Zain An-Najah, Kerusakan Lingkungan dan Dosa Manusia, 2011).

Sungguh dengan lahirnya Pesantren Ekologi melahirkan multi efek positif baik dari perspektif tarbiyah (pendidikan), lingkungan hidup juga lainnya dengan nilai sosial dan positifnya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan Pesantren dan masyarakat pada umumnya. Syariat Islam itu tidak hanya cerita soal kebutuhan untuk pangan, tetapi di sisi lain kewajiban untuk menjaga lingkungan, Ada hak binatang lain selain manusia, ada hak lingkungan juga. Sekali lagi diharapkan  Pesantren mampu melahirkan kombinasi kader “warisatul ambia”, profit oriented dan human oriented, tentunya  dengan adanya Pesantren ekologi itu setidaknya memberi warna baru dalam menjawab problema dan solusi untuk di era globalisasi ini. Perlu kita pahami juga untuk melahirkan sebuah perubahan dan program butuh waktu dan kesabaran serta optimisme. Terlepas dari segala kekurangan dan keterbatasan, setidaknya Pesantren dengan basis ekologi mampu di realisasikan di bumi endatu (warisan) ini demi kehidupan yang lebih baik menuju negeri yang berkah dengan mengharapkan selalu rahmat dan ridha Allah SWT. Semoga…!!! Amin.

Wallahu Muwaffiq Ila 'Aqwamith Thariq

Wallahu 'Alam Bishawab

Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Ponpes Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh