Terus Memburuk Hubungannya Dengan AS, Turki Ancam cari Sekutu Baru

 
Terus Memburuk Hubungannya Dengan AS, Turki Ancam cari Sekutu Baru

LADUNI.ID - Jakarta. Terus memburuknya hubungan Turki dan Amerika serikat karena diterpa berbagai badai isu. Seperti penahanan pendeta AS, Andrew Bunson atas tuduhan penggulingan militer terhadap Erdogan pada 2016. Penahanan pendeta AS, Brunson sejak Oktober 2016 makin memanaskan hubungan Ankara dengan Washington, yang memicu turunnya nilai tukar lira Turki terhadap dolar AS ke titik terendah sepanjang sejarah.

Dalam tulisan yang dimuat di media New York Times edisi Sabtu (11/8), Erdogan mengingatkan Washington untuk tidak membahayakan hubungan dengan Ankara. Erdogan bahkan mengancam, negaranya bisa saja mencari teman-teman dan sekutu baru."Sebelum sangat terlambat, Washington harus menghentikan gagasan yang salah arah bahwa hubungan kita bisa asimetris dan bersepakat dengan fakta bahwa Turki memiliki alternatif-alternatif," tulis Erdogan.

Erdogan mengatakan, Turki memiliki alternatif sekutu baru mulai dari Iran, Rusia, China dan sejumlah negara Eropa. Menanggapi hal itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Iran Bahram Qassemi menjanjikan dukungan penuh Teheran untuk Ankara. Usai babak baru sanksi AS terhadap Turki. "Kami berharap bahwa pemerintah dan rakyat Turki bisa mengatasi hal ini. Mereka pasti akan melakukan itu karena orang lain tidak dapat mengubah tekad bangsa melalui paksaan dan ancaman," ujar Qassem mengatakan kepada jaringan berita Republik Islam Iran (IRIB).

Dia menyatakan harapan bahwa Iran dan Turki akan terus mengembangkan hubungan bilateral yang "baik" dan bahwa kedua negara akan berusaha menambah stabilitas dan keamanan di kawasan itu.Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad melalui akun Twitternya, mendesak AS berhenti dari kecanduan memberi sanksi kepada negara lain. "Membuat kesenangan yang menimbulkan kesulitan ekonomi adalah sesuatu yang memalukan".

Javad mengatakan sikap AS bisa memicu reaksi dunia untuk bersatu dan melawan kesewenangan AS terhadap negara lain. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa ia telah resmi menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari Turki. Kementerian Luar Negeri Turki bersumpah untuk membalas sikap AS. Serta menekankan bahwa Washington tidak akan memperoleh hasil nyata dari sanksi terhadap Turki.