Guru Ulama Vs Guru Internet

 
Guru Ulama Vs Guru Internet

LADUNI.ID I KOLOM- Kita saat ini hidup di zaman now tentunya perubahan dan perkembangan zaman tidak dapat dihindari termasuk informasi dan teknologi. Di era informasi tanpa batas seperti ini, kita perlu waspada, mawas diri, dan berhati hati terhadap berbagai macam informasi yang muncul di berbagai media baik cetak maupun elektronik, khususnya media elektronik yaitu internet. Pasalnya internet mengandung berbagai sisi baik positif maupun negatif.

Di satu sisi internet sangat bermanfaat bagi kita untuk pemenuhan kebutuhan akan informasi namun di sisi lain, dunia internet dapat membawa dan menjerumuskan kita kepada hal hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama kita.

Kita meyakini bahwa Ilmu itu merupakan keahlian dan setiap keahlian membutuhkan ahlinya, maka untuk mempelajarinya terutama ilmu agama membutuhkan muallimnya yang ahli (guru pembimbing).

Menyikapi fenomena ini, Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid berkata, “Ini hampir menjadi titik kesepakatan di antara para ulama kecuali yang menyimpang.” Ada ungkapan, “Barangsiapa masuk ke dalam ilmu sendirian maka dia keluar sendirian.”

Lebih jelas lagi diterangkan oleh Syaikh Bakr berkata, “Maksudnya barangsiapa masuk ke dalam ilmu tanpa syaikh maka dia keluar darinya tanpa ilmu, hanya mendapatkan kesesatan.” Tentunya belajar kepada guru itu sangat penting dan sebuah kewajiban, jangan hanya mengandalkan internet atau buku bacaan tanpa bimbingan dari guru.

 Pentingnya guru dalam menuntut ilmu ini sebagaimana diungkapkan oleh sebagian ulama yang berbunyi :
مَنْ تَعَلَّمَ اْلعِلْمَ وَلَيْسَ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ شَيْطَانٌ
Artinya: "Barang siapa yang belajaar ilmu namun tidak berguru, maka gurunya adalah setan". Bahkan dalam hal ini Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali juga beliau berkata dengan pemahaman yang hampir sama berbunyi:

فَاعْلَمْ أَنَّ الْأُسْتَاذَ فَاتِحٌ وَمُسَهِّلٌ، وَالتَّحْصِيْلُ مَعَهُ أَسْهَلُ وَأَرْوَحُ

""Ketahuilah olehmu, bahwasanya guru itu adalah pembuka (yang tertutup) dan memudahkan (yang rumit). Mendapatkan ilmu dengan adanya bimbingan guru akan lebih mudah dan lebih menyenangkan. (Minhajul 'Abidin ilaa Janhati Rabbil 'Alamiin, h. 8)

Lihat saja berapa banyak guru para ulama besar terdahulu dalam menuntut ilmu. Ini sebagaimana dengan sosok Imam Bukhari yang terkenal ahli hadits itu jumlah gurunya sampai 1.080 orang.

Oleh karena itu banyak ulama yang berkaata tentang pentingnya berguru dalam mempelajari ilmu bagi penuntut ilmu tingkat dasar dan menengah mampu yang diatasnya walaupun mereka yang sudah ada dasar mampu menelaah namun tetap berkiblat kepada pemahaman ulama.

Sementara itu  mereka yang tidak memiliki modal pengetahuan agama serta baru saja terketuk hatinya untuk belajar dan mendalami Islam, tentunya sangat  rentan sekali terpengaruh. Sebab itu ia untuk waspada dan mawas diri serta selalu bertanya kepada para alim ulama tentang pengetahuan Islam dan berbagai macam aliran yang muncul di zaman now  ini.

Beranjak dari itu marilah kita terus menuntut ilmu sebagai kewajiban kita beragam Islam termasuk belajar dengan berguru walaupun telah ada kapasitas ilmu.  Namun di balik belajar dengan berguru tetap ada faidahnya. Ini sebagaimana diungkapkan oleh Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar Al-Hadhrami, beliau berkata :

إِنَّ اْلأَخْذَ مِنْ شَيْخٍ لَهُ تَمَامُ الْإِطِّلَاعِ مِمَّا يُتَعَيَّنُ عَلَى طَالِبِ الْعِلْمِ، وَأَمَّا مُجَرَّدُ اْلمُطَالَعَةِ بِغَيْرِ شَيْخٍ إِتِّكَالًا عَلَى اْلفَهْمِ فَقَلِيْلَةُ الْجَدْوَى إِذْ لَابُدَّ أَنْ تَعْرِضَ عَلَيْهِ مُشْكِلَاتٌ تَتَّضِحُ لَهُ إِلَّا إِنْ حَلَّهَا شَيْخٌ
Artinya:

Bahwasanya mengambil ilmu dari seseorang guru yang sempurna penelaahannya itu dipandang penting bagi orang yang menuntut ilmu. Dan adapun semata-mata muthala'ah tanpa ada bimbingan dari guru karena mengandalkan pemahaman sendiri saja, maka sedikit hasilnya. Karena jika dia menemukan kerumitan-kerumitan, tidak akan jelas baginya kecuali adanya uraian dari guru. (Kitab manhalul Wurraadi min Faidhil Imdaadi: 102).

Sekali lagi marilah kita terus belajar dan menuntut ilmu bukan hanya memperkaya khazanah keilmuan bahkan lebih dari  itu dengan beramal dengan ilmu itu sendiri demi menggapai ridha-Nya. Amin. 

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Dewan Guru Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh