Belajar Dari Kesabaran Mbah Arwani

 
Belajar Dari Kesabaran Mbah Arwani

Suatu ketika Mbah Arwani dapat undangan dari kota Purwodadi untuk mengisi acara khataman Qur'an. Beliau pun ke Purwodadi dengan memakai sepeda ontel dengan santri kinasihnya bernama Manshur. Di tengah perjalanan turunlah hujan. Kemudian Mbah Arwani dan santrinya istirahat sebentar untuk menunggu hujan berhenti. Tak lama kemudian, hujan sudah reda. Mbah Arwani dan santri melanjutkan perjalanannya.

Berhubung dulu jalannya tidak sebagus seperti sekarang, santrinya pun berbicara dalam hati, “Kok bisa bisanya ya mbah Arwani mau mendatangi undangan sejauh ini, padahal bukan hanya jaraknya yang jauh tapi jalannya juga parah serta becek pula.”

Berhubung mbah Arwani adalah orang yang makrifat, beliau tahu perasaan santrinya. Beliau pun menasehati santrinya. “Sudahlah, Le. Sabar ae."

Singkat cerita, mereka sampai di tempat tuan rumah. Biasanya, kalau kita ada tamu dari jauh jauh, tamu kita disuruh untuk istirahat sejenak. Tapi ini tidak, malahan langsung disuruh memulai acara khataman. Santri pun ingin marah lagi namun diredam oleh mbah Arwani.

Acara pun selesai, lalu pulanglah mbah Arwani dan santrinya tanpa membawa nasi berkat atau oleh-oleh dari tuan rumah.

Di tengah perjalanan pulang, lagi-lagi santrinya mbah Arwani nggerundel di dalam hati, “Wah, tuan rumah ini kurang ajar sekali, masa Mbah Arwani tidak dikasih pesangon.” Namun rasa gerundel tersebut ditahan. Dan santrin tersebut berniat untuk bertanya pada Mbah Arwani tentang keputusan menghadiri undangan ke Purwodadi di suatu kesempatan yang cocok nantinya.

Waktu berlalu, tibalah Mbah Arwani dan santrinya di rumah. Sehari berselang kepulangan dari undangan ke Purwodadi maka santri Mbah Arwani pun bertanyatentang undangan khataman di purwodadi.

“Mengapa Mbah Arwani mau datang jauh jauh ke Purwodadi padahal tidak dapat apa-apa?” tanya Santrinya Mbah Arwani.

Maka mbah Arwani pun menjawab pertanyaan santrinya dengan perkataan hikmah yang luhur.

“Gini, le. Saya itu justru bersyukur di undang orang Purwodadi itu. Bagi saya acara khataman tersebut adalah Majelis kita untuk menghidupkan Qur'an. Dan untuk soal pulang tidak membawa apa-apa, itu sudah diganti Allah dengan nikmat yang lain, yaitu nikmat bisa ngelalar hafalan Qur'anku,”.

Hingga sekarang, al-Qur'an masih dan akan terus hidup di daerah tersebut.

***

Begitulah Mbah Arwani, tokoh yang dikenal masyarakat Kudus dengan Wali Allah. Dari beliau kita belajar kesabaran dan ketawaukan serta rendah hati.

Mari kita kirimkan surat Al-Fatihah kepada Beliau dan juga santrinya. Karena santri yang di dalam cerita tersebut adalah KH. Manshur, seorang Ulama dan juga masyayikh TBS yang sudah sedo. Al-Fatihah.

Baca juga:
Karomah Mbah Arwani #1: Air jadi Bensin
Karomah Mbah Arwani #2: Pergi ke Madinah dalam Berapa Detik Saja

Karomah Mbah Arwani #3: Rokoh Pemberian Beliau Tak Pernah Habis
Karomah Mbah Arwani #4: Mampu Melihat Kejadian Sebelum Kejadian Terjadi