Lumpuh setelah Terjatuh sewaktu Shalat: Dari Kursi Roda Pimpin Perusahaan Kelas Dunia

 
Lumpuh setelah Terjatuh sewaktu Shalat: Dari Kursi Roda Pimpin Perusahaan Kelas Dunia

"Pada awalnya saya didiagnosa menderita kanker, kala itu saya masih duduk di bangku sekolah harus menerima kenyataan bahwa saya mulai susah menggerakkan kaki. Berbagai upaya medis sudah dilakukan agar bisa kembali pulih dan bergerak bebas seperti biasa. Akan tetapi semua upaya medis tersebut tak kunjung membuahkan hasil," kata orang yang duduk di kursi roda, dengan panggilan Handry.

Handry pun masih ingat saat terakhir kali ia bisa berdiri. Di hari itu, ibu Handry mengajaknya untuk menjadi imam dalam shalat berjamaah. "Nak, ayolah shalat jamaah, kamu jadi imamnya..." pinta bundanya.

Handry sempat merasa enggan karena ia sudah tak dapat berdiri secara stabil, akan tetapi ibundanya berhasil meyakinkannya untuk menjadi imam dalam shalat berjamaah. Tanpa diduga, pada saat rukuk pertama dilakukan, Handry jatuh kehilangan keseimbangan.

"That's the last time I could walk. Saat itu saya merasa masa depan saya dirampok," kenang Handry yang merupakan Doktor di bidang Managemen Strategis ini.

"Waktu itu saya merasa seakan kehilangan arah, terlebih karena sebagian besar hal yang biasa saya lakukan merupakan kegiatan outdoor. Dengan kaki yang tak lagi bisa digerakkan, saya remaja merasa marah atas keadaan tersebut. Selama berminggu-minggu, saya tak mau bersekolah dan hanya mengunci diri di dalam kamar yang gelap," lanjutnya dengan mata nampak berkaca-kaca.

"Titik balik dalam hidup saya, kemudian terjadi ketika ayah saya mendobrak pintu kamar saya di suatu pagi. Ayah saya kemudian masuk ke dalam kamar, menyalakan lampu dan membuka jendela yang sebenarnya tidak saya suka. Ayah saya kemudian memijat kaki saya sambil memberikan satu pesan yang menghilangkan segala ketakutan dan kecemasannya, serta mengembalikan kepercayaan diri saya. Terbayang juga bagaimana rasa remuk hati ayah saya, yang walau demikian ayah saya menampakkan diri tabah dan tegar," lanjutnya bangga dengan suara agak serak.

Pada saat itu, Ayah saya mengatakan, "hidup merupakan sebuah pilihan, dan ada dua pilihan yang sedang menantimu. Salah satu pilihannya adalah tetap terpuruk dan tidak melakukan apa-apa. Tak apa jika kamu memilih opsi pertama. Akan tetapi, konsekuensi dari pilihan tersebut adalah, kamu tidak akan mampu melihat sekelilingnya yang bisa maju dan beraktivitas normal dan akan berakhir hanya menyalahkan keadaan."

"Atau pilihan kedua, hidup seperti mendorong mobil. Meski susah karena jalanan yang mungkin licin, tetapi tetap harus bergerak maju. Keep pushing it," ujar Handry menirukan kata-kata ayahnya. "Ayahlangsung keluar kamar saya untuk pergi bekerja."

"Lima menit setelah ayahnya meninggalkan kamar tidur, saya langsung meminta ibunya untuk memanggilkan taksi untuk mengantarnya ke sekolah setelah berminggu-minggu absen dari kegiatan belajar. Aku harus sekolah!" kataku bersemangat, seolah memperoleh suntikan semangat maha dahsyat di pagi itu.

"Bagi saya, bangun pun sudah ribet, bagaimana saya ke kamar mandi dan lainnya. Tapi saya akan terus 'mendorong mobil' itu sesulit apa pun. Dan saya percaya, setiap orang memiliki kesusahan masing-masing. Tapi setiap orang juga punya kesempatan untuk berbahagia," pesan Handry.

"Marilah kita dorong mobil kita masing-masing hingga sampai tujuan kita! Perkuat daya tahan mental kita!!!" pungkasnya memberi semangat kawula muda Indonesia.

 

Keterangan:

Handry Satriago, adalah CEO GE termuda di sejarah perusahaan besar multinasional General Electric, dan merupakan CEO Indonesia pertama yang berasal dari Indonesia. Memiliki kesuksesan dan pencapaian yang luar biasa di dalam bisnis GE Indonesia dengan kemampuan melewati masa krisis yang sulit bagi GE Indonesia.

Handry juga seorang penulis buku dengan seri best seller #Sharing dan #Sharing 2.

Semoga kita semua mampu mencontohnya!

 

 

Tags