From Zero To Hero

 
From Zero To Hero

Oleh Sholihin H. Z.

Anggota PW ISNU Kalbar

Tidak jarang kita saksikan orang-orang yang dulu kita kenal sebagai orang yang biasa-biasa saja namun kala bertemu saat ini ia telah berubah. Berubah dalam banyak hal baik secara menyeluruh (total) atau sebagian (parsial). Ada orang yang kala kita temui ia sudah berubah dari segi ucapan dan cara bicaranya, ada orang yang berubah dari segi penampilannya (performance), ada yang membuat kita sedikit waw, dulu bersama-sama bersepeda saat ke sekolah sekarang sudah dengan kendaraan roda empatnya dan menduduki posisi prestisius. Atau malah ada juga -yang meminjam istilah perfilman- alur mundur. Dari yang dulunya kita kenal sebagai orang yang borju, pakaian dan kendaraan mewah, senang mentraktir saat makan bersama, namun kala ditemui saat ini jauh menurun, hanya dengan kendaraan roda dua seadanya, baju kaos seadanya dan terkesan apa adanya.

Begitulah kehidupan, kadang ada yang mampu mensiasati kehidupan hingga beranjak dari keadaan yang biasa saja (zero) kemudian menjadi orang yang luar biasa (hero) atau sebaliknya dari kondisi yang serba ada dan luar biasa (hero) kemudian mundur dari orang yang terkesan biasa saja (zero).

Perubahan merupakan kewajaran dalam rentang kehidupan, yang dulunya bayi beranjak anak-anak, terus ke remaja, dewasa hingga akhirnya tua renta lemah tak berdaya. Peristiwa ini ditegaskan oleh Allah SWT sebagaimana dapat ditemukan dalam QS. 3: 140: “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)… Ini menggambarkan bahwa jaya dan hancur menjadi teman dekat manusia. Disinilah letak pentingnya syukur dan sabar. Syukur sebagai sikap mental seorang yang mendapat nikmat hingga ia tidak lupa untuk berbagi. Syukur hakikatnya adalah mensyukuri pada siapa yang memberi nikmat bukan pada apa yang diberikan. Sederhananya, syukur dapat diibaratkan dengan seorang yang menghadiahi saudaranya dengan sehelai kain, oleh saudaranya kain itu digunakan untuk sholat, untuk menghadiri majlis zikir dan sebagainya. Seseorang yang menggunakan pemberian saudaranya untuk hal-hal yang disebutkan di atas artinya menggunakan pemberiannya pada yang seharusnya digunakan. Inilah makna syukur.

Sabar juga mengajarkan seseorang untuk bersikap nrimo kala sudah berusaha sepenuhnya namun menemui kegagalan. Dengan sabar membuat kita tidak mudah putus asa. Dalam konteks ini, sabar meraih keinginan dan cita-cita sebagaimana yang diharapkan. Dalam sejarah kenabian, kesabaran Nabi Ayub as adalah kesabaran yang luar biasa, menurut Prof. Dr. Nasaruddin Umar, tingkat kesabaran Nabi Ayub sudah melampaui kesabaran manusia, dari tingkat shabir ke tingkat mashabir. Bagaimana tidak, ulat yang melekat pada dagingnya, namun saat ia akan sholat, diletakkannya ulat di tanah, begitu selesai sholat maka ulat itupun diambilnya lantas diletakkannya didaging pada tempat semula.

Membaca sejarah orang-orang sukses, pada awalnya mereka adalah orang yang pada posisi zero, biasa dan tidak diperhitungkan. Sadar dengan keadaan, ingin lepas dari kondisi yang tidak menguntungkan memacu mereka untuk menunjukkan eksistensi diri dan akhirnya tercapai. Sehingga muncul  kata-kata bijak, jangan tanyakan berapa lama ia ingin sukses tapi seberapa besar keinginan untuk sukses adalah lebih penting. Menurut Master Coach Forum Indonesia Menulis, Fakhrur al-Razi, dalam memandang kesuksesan ada tiga tipe manusia yakni Quiter, Conper dan Climber. Quiter adalah tipe orang yang sudah menyerah sebelum mencoba. Conper adalah orang yang merasa cepat puas dan tenang pada zona aman. Sudah tercapai ya sudah. Climber, ini adalah tipe inovatif dimana ia terus mencoba dan mencoba, terus mendaki sampai puncak yang tanpa batas. Secara jujur, tidaklah sulit untuk menempatkan diri kita pada tipe mana kita berada.

Menjadi pribadi zero tidak perlu latihan dan persiapan, karenanya hasilnya biasa-biasa saja, tapi untuk menjadi pribadi hero harus dengan semangat, latihan dan siap dengan kegagalan. Lebih baik tidak mendapatkan medali tetapi sesungguhnya ia adalah orang berhak menerimanya daripada orang yang mendapatkan medali tetapi sesungguhnya ia tidak berhak mendapatkannya. *

Ya Allah, Jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa