Amalan Utama yang Dianjurkan di Bulan Muharram

 
Amalan Utama yang Dianjurkan di Bulan Muharram
Sumber Gambar: Foto Istimewa (ilustrasi foto)

Laduni.ID, Jakarta - Bulan Muharram termasuk dalam kategori Asyhurul Hurum, karena pada bulan ini “diharamkan” atau “dipantang” melakukan peperangan atau pertumpahan darah. Dari 12 bulan yang ada dalam kalender Hijriyah, bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT sebagaimana yang termaktub dalam surat At-Taubah ayat 39.

Muharram dikatakan sebagai bulan yang dimuliakan oleh Allah karena di dalamnya terdapat anjuran untuk melaksanakan amalan sunah bagi umat muslim yaitu memperbanyak berpuasa. Kesunahan berpuasa pada bulan Muharram berdasarkan hadits Rasulullah SAW dalam riwayat Imam Muslim sebegai berikut:

أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam"

Baca Juga: Penjelasan Hukum tentang Puasa Asyura

Hadits lain yang menjadi dasar disunahkannya berpuasa pada bulan Muharram adalah hadits dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Ibnu Majah sebagai berikut:

 جاء رجل إلى النبي ضلى الله عليه وسلم فقال: أي الصيام أفضل بعد شهر رمضان؟ قال:  شهر الله الذي تدعونه المحرم

"Seseorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?' Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram"

Sehingga berpuasa di bulan Muharram merupakan amalan sunah yang sangat dianjurkan dilaksanakan oleh umat muslim. Karena bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah, memperbanyak ibadah utama seperti berpuasa adalah hal yang sangat baik dalam menyambut awal tahun. Hal ini senada dengan apa yang disebutkan oleh Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Ad-Dibaj ‘ala Shahih Muslim:

إنما كان صوم المحرم أفضل الصيام من أجل أنه أول السنة المستأنفة فكان استفتاحها بالصوم الذي هو أفضل الأعمال

"Sesungguhnya puasa Muharram lebih utama dikarenakan awal tahun. Alangkah baiknya mengawali tahun baru dengan berpuasa, sebab puasa termasuk amalan yang paling utama"

Baca Juga: Hikmah Mengerjakan Puasa Asyura

Selain memperbanyak ibadah puasa, amalan yang dianjurkan di bulan Muharram terutama pada hari 'Asyura adalah melapangkan nafkah dan berbagi rezeki. Golongan pertama yang harus kita perhatikan dalam ini adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang menjadi tanggungan nafkah kita. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab Syu'abul Iman sebagai berikut:

مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ

"Barang siapa yang melapangkan keluarganya pada hari Asyura’, maka Allah akan melapangkan hidupnya pada tahun tersebut"

Walaupun hadits di atas masih menjadi perselisihan di anatara para ulama sehingga sebagian ada yang menyebut dhaif dan sebagaian ada yang menyebut hasan li ghairih (berderajat hasan karena beberapa jalur sanad yang saling menguatkan). As-Sakhawi dalam kitab Al-Maqasidul Hasanah
menyebut hadits di atas sebagai hadits hasan li ghairih dengan mengatakan “Sanad-sanad hadis ini, meskipun semuanya dhaif, hanya saja jika semuanya digabungkan maka akan menjadi kuat".

Baca Juga: Amalan Do'a Tanggal 1 Sampai 10 Muharram dan Keutamaannya

Imam Al-Baihaqi dalam kitab Syu'abul Iman menyebutkan bahwa meskipun sanad-sanadnya lemah, namun jika digabungkan menjadi kuat.

هٰذِهِ الْأَسَانِيدُ وَإِنْ كَانَتْ ضَعِيفَةً فَهِيَ إِذَا ضُمَّ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ أَخَذَتْ قُوَّةً

"Sanad-sanad ini meskipun lemah, namun jika digabungkan menjadi kuat"

Kemudian Sufyan As-Tsauri membenarkan hadits di atas dengan cara berusaha untuk melapangkan kehidupan keluarganya pada hari Asyura. Setelah itu, ia merasakan kalau kehidupannya dilapangkan sebagaimana dijanjikan dalam hadits di atas.

إنا قد جربناه فوجدناه كذلك

"Kami pernah mencobanya, dan kami memperoleh ganjarannya (kelapangan)"

Wallahu A'lam


Referensi:
1. Sahih Muslim
2. Kitab Ad-Dibaj ‘ala Shahih Muslim karya Imam As-Suyuthi
3. Kitab Syu'abul Iman karya Al-Baihaqi
4. Kitab Al-Maqasidul Hasanah karya As-Sakhawi