Suluknya Sang Pelacur dan Menjadi Santriwati #5

 
Suluknya Sang Pelacur dan Menjadi Santriwati #5

LADUNI.ID, CERPEN- Sampai didayah bertanya kepada guru senior didayah tersebut perihal yang dilihat tersebut, ” Oo itu mbak Nini orang suluk, orang ibadah, tempat betaubat khusus bulan Ramadhan, Zulhijjah dan Maulid kalau disini,”.

“Suluk, ada juga ya Suluk, rasanya pingin mencoba, diterima kita disana Teungku dan ada tes masuk seperti di Perguruan Tinggi,” tanya Nini.

“Ndak lah, kayak gitu, masak kita taubat ada tes segala dan ini itunya, kita masuk bilang sama panitia dan membayar uang makan dan lainnya, kita bawa Kelumbu, penutup muka (ridha) dan penghitung zikir (Boh Meusabah) terus jangan lupa minta izin sama Mursyid disana,,” jawab Teungku Senior itu.

“Kalau Nini ingin masuk minta izin sama Walidi dulu sebagai guru Nini, ngak ada adab kita masuk tarekat tanpa izin tempat kita belajar, Adab itu derajat diatas Ilmu lhoe,” lanjutnya lagi.

” Oooo begitu, ini jadi penasaran dan segera minta izin sama Walidi dan Ummi masuk suluk,” ucapnya dengan penuh semangat.

Tidak lama berselang Nini menceritakan keinginannya dan nasehat serta izin seperti yang diamanahkan tadi akhirnya Walidi dan Ummi merestuinya untuk masuk suluk.

Hampir sebulan masuk suluk berbagai pengalaman dan penyesalan dosa dan taubat serta zikir yang diajarkan disana, semakin tahu sosok dirinya selama ini terlebih dunia gelap yang dilakoni dulunya. Berbagai wejengan, nasehat serta zikir suluk jauh memberi efek yang sangat mencerahkan, bahkan saat suluk kucuran air mata taubat menyesali dosa dan bejatnya tiada henti saat pengantar tawajuh dilakukan oleh mursyid disana. Zikir Qalab hingga Nafi Isbat semakin tahu bertambah cintanya kepada suluk hingga terucap, ” Tidak akan berhenti bersuluk hingga ajal menjemput, kenapa baru sekarang bersuluk tidak jauh hari sebelumnya?,” janji dan menyalahkan dirinya dalam hati.

Penyesalan yang lahir dari lubuk hati paling dalam dan keyakinan dalam bersuluk melengkapi mantan pelacur itu menjelma menjadi sang muslimah berhati lembut. Namun dengan kecantikan tidak menjadikan dirinya sombong tetap rendah hati dalam bingkai kesantriannya anak pondok.

****Helmi Abu Bakar El-Langkawi penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga.