Dzikir Sang Penggugur Dosa

 
Dzikir Sang Penggugur Dosa
Sumber Gambar: laduni.id

LADUNI.ID, Jakarta - Marilah kita panjatkan puja puji dan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa, karena takwa merupakan cahaya hidayah. Amal ma’ruf nahi mungkar merupakan perintah untuk menyeru kebajikan dan mencegah kemungkaran. Barangsiapa taat kepada-Nya maka Allah menjanjikan untuknya surga.

Sebaliknya, barangsiapa bermaksiat dan enggan melaksanakan perintah-Nya maka dia akan terancam adzab yang sangat pedih. Manusia bisa disebut tempat salah dan lupa, siapapun orangnya pasti tidak akan luput dari perbuatan dosa. Dosa-dosa yang dilakukan para hamba itu sangat banyak serta variasi, ada dosa besar seperti dosa syirik maupun dosa dosa kecil bahkan dosa yang tidak kita sadari. Tentang dosa ini, Allah SWT memberikan peringatan keras :

 إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena melakukan perbuatan syirik. Dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa menyekutukan Allah, maka sungguh dia telah melakukan dosa besar” [An-Nisa’/4:48]

PENGERTIAN DZIKIR

Arti kata dzikir dari segi bahasa, dzikir berasal dari kata dzakara, yadzkuru, dzukr/dzikr yang artinya merupakan perbuatan dengan lisan (menyebut, menuturkan, mengatakan) dan dengan hati (mengingat dan menyebut). Sebagian ada yang berpendapat bahwa dzukr (bidlammi) saja, yang dapat diartikan pekerjaan hati dan lisan, sedangkan dzkir (bilkasri) dapat diartikan khusus pekerjaan lisan.

Menurut peristilahan, dzikir tidak terlalu jauh pengertiannya dengan makna-makna lughawinya semula. Seperti yang diterangkan  di dalam kamus modern seperti al-Munawir, al-Munjid, dan lainnya, menggunakan istilah pengertian-pengertian seperti adz-dzikr dengan arti bertasbih, mengagungkan Allah SWT. dan seterusnya

BENTUK BENTUK DZIKIR

Bentuk-Bentuk Dzikir menurut Ibnu Ata‟, seorang sufi yang menulis al-Hikam (Kata-Kata Hikmah) membagi dzikir atas tiga bagian, yaitu : zikir jali (dzikir jelas, nyata), dzikir khafi (dzikir samar-samar) dan dzikir haqiqi (dzikir sebenar-benarnya).

a. Dzikir Jali merupakan suatu perbuatan mengingat Allah SWT. dalam bentuk ucapan lisan yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa kepada Allah SWT. yang lebih menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati. Mula-mula dzikir ini diucapkan secara lisan, mungkin tanpa dibarengi ingatan hati. Hal ini biasanya dilakukan orang kebanyakan. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong agar hatinya hadir menyertai ucapan lisan itu.

b. Dzikir Khafi merupakan dzikir yang dilakukan secara khusyuk dan khidmat oleh ingatan hati, baik disertai dzikir lisan ataupun tidak. Seseorang yang sudah mampu melakukan dzikir seperti ini merasa dalam hatinya akan senantiasa memiliki hubungan dengan Allah SWT. Ia selalu merasakan kehadiran Allah SWT. kapan dan dimana saja.

c. Dzikir Haqiqi merupakan dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan dimana saja, dengan memperkokoh upaya memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah SWT. dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Selain itu tiada yang diingat selain Allah SWT. Untuk mencapai tingkatan dzikir haqiqi ini perlu dijalani latihan mulai dari tingkat dzikir jali dan dzikir khafi.

Berikut ini merupakan dzikir-dzikir penghapus dosa

1. Istighfar

Istighfar artinya ucapan

أَسْتَغْفِرُ اللهَ

“Aku memohon ampun kepada Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ، غَفَرْتُ لَكَ

“Wahai anak adam seandainya dosamu menjulang tinggi ke langit, lalu engkau banyak istighfar dan banyak memohon ampun kepadaku maka aku ampuni dosa-dosamu. (HR. Tirmidzi)

2. Bertahlil

لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَالَ لا إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ ؛ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، في يَوْمٍ مِئَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وكُتِبَتْ لَهُ مِئَةُ حَسَنَةٍ ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِئَةُ سَيِّئَةٍ ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزاً مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِي ، وَلَمْ يَأتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ رَجُلٌ عَمِلَ أكْثَرَ مِنْهُ

“Barangsiapa mengucapkan ‘La ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir‘ seratus kali akan memperoleh ganjaran sebagaimana membebaskan sepuluh budak, dan seratus kebaikan akan dicatatkan atasnya, dan seratus dosa akan dihapuskan dari catatan amalnya, dan ucapan tadi akan menjadi perisai baginya dari Syaithan pada hari itu hingga malam hari, dan tak ada seorangpun yang bisa mengalahkan amal kebaikannya kecuali orang yang melakukan amal yang lebih baik darinya.” (HR. Bukhari)

3. Bertasbih

Tasbih artinya ucapan:

سُبْحَانَ الله

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ، كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ: كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَ: يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ، أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيْئَةٍ

“Apakah salah seorang di antara kalian tidak mampu mengusahakan seribu kebajikan setiap hari? Ada di antara sahabat yang hadir bertanya kepada beliau: ‘Bagaimana mungkin ada di antara kita yang mampu mengusahakan seribu kebajikan?’ Beliau bersabda: “Ia bertasbih seratus kali, akan dituliskan baginya pahala seribu kebajikan atau dihapuskan darinya seribu keburukan.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

“Barang siapa membaca ‘subhanallahi wabihamdihi’ (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus kali dalam sehari, maka dosanya akan dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.” (HR. Muslim).

4. Berdzikir setelah shalat
Ada dzikir setelah shalat yang juga menghapus dosa sebanyak buih di lautan, yang dibaca setelah selesai shalat fardhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَبَّحَ اللهَ في دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاثاً وَثَلاثِينَ ، وحَمِدَ اللهَ ثَلاثاً وَثَلاَثِينَ ، وَكَبَّرَ الله ثَلاثاً وَثَلاَثِينَ ، وقال تَمَامَ المِئَةِ : لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ،غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْر

“Barangsiapa mengucapkan tasbih (mengucapkan ‘subhanallah’) di setiap akhir shalat sebanyak 33 kali, mengucapkan hamdalah (mengucapan ‘alhamdulillah’) sebanyak 33 kali, bertakbir (mengucapkan ‘Allahu Akbar’) sebanyak 33 kali lalu sebagai penyempurna (bilangan) seratus ia mengucapkan ‘la ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir (tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu)’, maka akan diampuni dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih di lautan.” (HR. Muslim)

5. Berdzikir ketika akan tidur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ حِينَ يَأْوِيْ إِلىَ فِرَاشِهِ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَه ُلَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، سُبْحَانَ اللهِ، وَالحَمْدُ للهِ ، وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ. غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوْبُهُ – أَوْ قَالَ: خَطَايَاه، شكَّ مِسْعَرٌ – وَإِن ْكَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْر)

“Apabila seorang dari kalian menuju kasurnya, dan mengucapkan ‘la ilaha illallah wahdahu la syarikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai-in qodir’, subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha illallah wallahu akbar’, maka Allah ampuni dosa-dosanya meski sebanyak buih lautan di dunia ini.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah)

Lima keutamaan dzikir menurut Saiful Ghofur dalam karyanya rahasia dzikir dan doa:

  1. Terlindung dari bahaya godaan setan Setan tak pernah berhenti untuk menggelincirkan manusia dari rida Allah. segala bentuk godaan akan diumpamakan kepada manusia agar lalai dan terlena. Karena itu, dengan berdzikir kita memohon kepada Allah supaya terlindung dari godaan setan yang terkutuk.
     
  2. Tidak mudah menyerah dan putus asa Hidup di dunia tak jarang penuh dengan permasalahan. Adanya permasalahan ini sejatinya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan seseorang. Bagi yang tidak kuat menanggung permasalahan tersebut, acap kali cenderung berputus asa. Padahal, berputus asa adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam.
     
  3. Memberi ketenangan jiwa dan hati Segala gundah dan resah bersumber dari bagaimana hati menyikapi kenyataan. Jika hati lemah dan tak kuat menanggung beban hidup, besar kemungkinan yang muncul adalah suasana resah dan gelisah. Artinya, tidak tenang. Ketidaktenangan juga bisa timbul akibat perbuatan dosa. Hati ibarat cermin dan dosa adalah debu. Semakin sering berbuat dosa, semakin memupuk debu yang mengotori cermin. Karena itu, untuk meraih ketenangan jiwa dan hati kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir.
     
  4. Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua ini berasal dari suku kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih sayang Allah harus kita raih dengan memperbanyak zikir.
     
  5. Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang melenakan Hidup di dunia hanya sementara. Begitu pun segala hal yang diraih dalam kehidupan dunia.

Dan ini ada sebuah cerita dari Sahabatnya Mufti Perlis Malaysia ini, melarang dzikir dengan nama Allah, diulang berkali-kali, karena kalimat ini tidak memiliki arti. Sementara dzikir Nabi shalallahu alaihi wasallam selalu memiliki arti, seperti kalimat Tahlil, tasbih, tahmid dan sebaginya.

Sayangnya beliau lupa bahwa dalam bahasa Arab boleh membuang kalimat dan diperkirakan lafadz ada di dalamnya. Ini banyak di dalam ilmu Balaghah, Alfiyah Ibnu Malik dan sebagainya. Atau boleh jadi beliau belajarnya belum sampai bab itu.

Contoh paling sederhana adalah Bab Nida' (memanggil). Biasanya dalam bahasa Arab menggunakan kalimat "Yaa". Kalimat panggilan ini boleh dibuang dengan memperkirakan makna "Unadika"; Aku memanggilmu.

Jadi kalimat "Allah Allah Allah" yang diulang berkali-kali dapat memperkirakan kalimat yang memiliki makna: "Aku meminta kepada Mu Ya Allah" atau yang lain. Terbukti ketika Syekh Syuaib Al-Arnauth juga mengutip penafsiran dari teks hadis:

ﻗﻮﻟﻪ: "اﻟﻠﻪ اﻟﻠﻪ" ﻗﺎﻝ اﻟﺴﻨﺪﻱ: ﺑﺎﻟﻨﺼﺐ، ﺃﻱ: ﺭاﻋﻮﻩ ﻭاﺗﻘﻮﻩ ﻭاﺫﻛﺮﻭﻩ ﻭﺧﺎﻓﻮﻩ

Hadis Nabi: "Allah, Allah". Menurut As-Sindi dibaca nashab, maksudnya adalah: "Jagalah Allah, takwalah kepada Allah, sebutlah Allah dan takutlah kepada Allah" (Musnad Ahmad 34/170)

Adakah Hadis Berdzikir Allah Allah?

Hadis berikut adalah riwayat Imam Ahmad, hampir semua riwayat tidak menyebutkan lafadz Allah Allah sebagai ucapan Nabi shalallahu alaihi wasallam menjelang wafatnya. Namun Al-Hafidz Adz-Dzahabi memberi penilaian yang menguatkan:

ﻋﻦ ﺃﻡ ﺳﻠﻤﺔ، ﻗﺎﻟﺖ: ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ ﻓﻲ ﻣﺮﺿﻪ: "اﻟﻠﻪ اﻟﻠﻪ، اﻟﺼﻼﺓ ﻭﻣﺎ ﻣﻠﻜﺖ ﺃﻳﻤﺎﻧﻜﻢ". ﻗﺎﻟﺖ: ﻓﺠﻌﻞ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﺑﻪ ﻭﻣﺎ ﻳﻜﺎﺩ ﻳﻔﻴﺾ. ﻭﻫﺬا ﺃﺻﺢ

Dari Sayyidah Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda di saat beliau sakit menjelang wafatnya: "Allah Allah, jagalah shalatmu dan hamba sahaya mu". Ummu Salamah berkata: "Nabi mengucapkan itu dan hampir tidak terdengar". Riwayat ini lebih sahih (Siyar A'lam An-Nubala' 2/237)

Ulama Mengamalkan Dzikir Allah Allah Ribuan Kali

Al-Hafidz Adz-Dzahabi ketika menulis biografi seorang ulama bernama Ibnu Najiyah, beliau menjelaskan:

ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﺴﺎﻛﺮ: ﻗﺎﻝ ﻭﻟﺪﻩ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ: ﻛﺎﻥ ﺃﺑﻲ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻭﻟﻴﻠﺔ ﻣﻦ ﺃﻳﺎﻡ ﻣﺮﺿﻪ ﻳﻘﻮﻝ: اﻟﻠﻪ اﻟﻠﻪ، ﻧﺤﻮا ﻣﻦ ﺧﻤﺴﺔ ﻋﺸﺮ ﺃﻟﻒ ﻣﺮﺓ، ﻓﻤﺎ ﺯاﻝ ﻳﻘﻮﻟﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﻃﻔﻰء.

Ibnu Asakir berkata bahwa putranya Ibnu Najiyah berkata: "Ayahku tiap siang dan malam saat sakitnya mengucapkan "Allah Allah" sekitar 15.000 kali. Beliau selalu mengucapkan sampai ia redup" (Siyar A'lam An-Nubala' 15/110).

Jika kita cinta Allah.. berzikirlah, jika kita cinta Rasulullah.. bershalawatlah dan jika kita cinta diri kita beristigfarlah.
Semoga bermanfaat dan dapat mengamalkan ilmunya…Aamiin.

________________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 27 September 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan
EditorLisandipo


Sumber : Berbagai Sumber Kajian Islam