Wahdatul Wujud #3:   Luasnya Samudera Wahdatul Wujud

 
Wahdatul Wujud #3:   Luasnya Samudera Wahdatul Wujud

LADUNI.ID, TASAWUF- Sejarah telah mencatat bahwa tidak sedikit para ulama' yang mengalami hal demikian, yang pada awalnya “mengingkari” para sufi secara umum, akhirnya mendukung kaum sufi, karena menemukan kebenaran yang disampaikan oleh kaum sufi tersebut.

Oleh karena itu, jika seseorang tidak memahami istilah-istilah yang digunakan oleh para sufi, maka janganlah cepat latah dan tergesa-gesa menyalahkan dan menghukum sesat suatu perkara. Karena hal ini bisa membawa pada berburuk sangka.

Menghadapi fenomena yang demikian, Imam An-Nawawi telah mewarning dalam untaian perkataannya yang  sering dipermasalahkan oleh sebagian pihak terhadap para sufi: "Jika kamu mendengar ucapan-ucapan mereka (yang samar maknanya), maka ta'wilkanlah dia dengan tujuh puluh ta'wilan (untuk baik sangka kepada mereka)" (Syarh Al-Muhadzdzab).

Hal yang senada dilontarkan oleh Salah seorang faqih yang popular dengan nama Imam As-Subki, beliau berkata:  "Ada dari kalangan fuqaha' yang walaupun secara lahiriyah menjaga syariat, mengamalkan perintah dan meninggalkan laranganNya, namun malangnya, mereka bersikap meremehkan fuqara' (kaum sufi) dan ahli tasawwuf dengan menafikan kebaikan pada mereka. Mereka mencela kaum sufi hanya karena mendengar perkara-perkara yang disebutkan tentang kaum sufi, padahal kabar dari pendengaran berbeda di kalangan manusia. Orang yang meremehkan kaum sufi sebenarnya tidak mengetahui tentang mereka. Wajib bagi kita untuk menyerahkan (tafwidh) keadaan mereka kepada mereka sendiri. Kita tidak boleh menyalahkan mereka semata-mata ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut para sufi, yang secara lahiriyah menyalahi. Jika boleh menta’wil perkataan mereka, maka lakukanlah. Ta’wilkan dengan ta’wilan yang baik, terutama perkataan mereka yang diakui sebagai kepercayaan. Sesungguhnya, saya (Imam As-Subki r.a.) tidak menjumpai seorang faqih pun yang mengingkari kaum sufi dan mencela mereka, melainkan Allah SWT. membinasakannya…”. (Imam Subki, Ma'id An-Ni'am.

Para ulama yang telah menelesuri lebih lanjut dalam seluruh pandangan Al-Hallaj dan para sufi lainnya, mereka tidak memaknai Wahdatul Wujud dengan pemahaman kesatuan wujud antara hamba dengan sang Khaliq sebagaimana yang dituduhkan. Interpretasi Wahdatul Wujud dengan makna pantheisme hanyalah penafsiran keliru secara filosofis atas manhaj (konsep) Al-Hallaj, Ibnu Araby, Hamzah Fanshuri dan para sufi lainnya. Seharusnya esensi Wahdatul Wujud itu para sufi dimaknai dengan Wahdatusy Syuhud (Kesatuan Penyaksian).

 

      Helmi Abu Bakar El-Langkawi

Penggiat Literasi dan Sosial Agama serta Dewan Guru Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Bireun