Wahdatul Wujud#4: Kesalahan Memahami Wahdatul Wujud

 
Wahdatul Wujud#4: Kesalahan Memahami Wahdatul Wujud

 

LADUNI.ID, TASAWUF- Interpretasi tentang wahdatul wujud melahirkan pemahaman yang beragam baik yang sesuai dengan syariat atau yang kontradiksi, tergantung dari “haisiah” (persfektif) mereka yang menafsirkan sesuai dengan tingkat keilmuan masing-masing.

Tidak sedikit pemikir nonmuslim yang mencoba mengakaji dan menganalisa faham wahdatul wujud sebagai khazanah keilmuan yang pernah heboh dalam literaur sejarah dengan berakhirnya meninggalnya tokoh faham itu sendiri diakhir hayat dengan lintas waktu dan tempat yang berbeda, diantaranya Syekh Yusuf Al-Halaj di jazirah Arab, Syekh Hamzah Al-Fanshuri dan para muridnya di negeri ‘’Serambi Mekkah”Aceh, Syekh Siti Jenar di pulau Jawa dan lainnya.

Penulis tidak ingin mengkaji lebih lanjut keranah terbunuh para ulama tersebut, siapa yang salah dan harus disalahkan, mereka para ulama telah “berijtihad” sesuai dengan analisan dan kemampuannya. Namun penulis mencoba membuka mengkaji sedikit dengan kefaqiran ilmu penulis ke subtansi faham itu sendiri. Sebagian Golongan yang memahami "Wahdatul-wujud" dengan makna: Allah dan makhluk adalah satu (manunggal). yaitu, makhluk bersatu dengan Allah.

Mereka memahami Wahdatul-wujud sebagai makna hulul (Allah bergabung dalam makhluk) dan ittihad (Allah dan makhluk adalah menyatu dzat-Nya). Dengan konsep pemahaman semacam ini sehingga para penentang menyerang pencetus faham ini seperti Al-Hallaj, Ibnu Araby dan para sufi lainnya kedalam kelompok sesat menyesatkan bahkan kafir. Dengan asumsi penganut pantheisme (wahdatul wujud) adalah ajaran yang menyimpang dari syariat.

 

Helmi Abu Bakar El-Langkawi

Penggiat Literasi dan Sosial Agama serta Dewan Guru Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Bireun