Wahdatul Wujud#7: Menguak Esensi Wahdatul Wujud

 
Wahdatul Wujud#7: Menguak Esensi Wahdatul Wujud

LADUNI.ID, TASAWUF-  Seseorang yang telah berada pada suatu penyaksian dalam lubuk hati terdalam manusia (sirri) terhadap proses tauhid af'al pada permulaannya kemudian beranjak kepada proses tauhid sifat hingga zat atau dalam bahasa tarekat Naqsyabandiah disebut maqam muraqabah mutlak kemudian berlanjut ke maqam muraqabah af’al hingga muraqabah ma’iyah dan penghayatan mereka kepada makna tersebut dalam seluruh kehidupannya.

Prosesi semacam inilah esensi dari wahdatul wujud dalam dimensi wahdatul syuhud. Hal ini hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang sudah meleburkan hawa nafsunya yang senantiasa mengajak kepada kejahatan, sehingga nafsu itu tenang dalam ketaatan kepadaNya, dan tenang dengan merasakan kebersamaanNya (ma’iyyah) dalam ketaatan tersebut (mutma'innah).

Proses menuju penghayatan terhadap ke-wujud-an Allah SWTdalam kehidupan seseorang manusia, dimulai dengan proses mujahadah an-nafs (memerangi hawa nafsu) dengan melakukan ketaatan kepadaNya dan menjauhi laranganNya, kemudian diiringi dengan proses dzikir yang terus menerus (mudawamah) sehingga asma-asma Allah SWT tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk penghayatan dalam hati hamba tersebut.

Proses mengukir lafal jalalah “Allah” dalam hati seseorang melalui dzikir lewat bertarekat dari seorang mursyid (guru rohani) dan bersambung sanadnya hingga Rasulullah s.a.w., merupakan suatu proses perjalanan kerohanian ke arah menghayati ke-wujud-an Allah Swt di balik semua kehidupan hamba tersebut. Dengan dzikir sirri secara terus-menerus dalam hati-dengan izin Allah  seseorang akan lebur dari merasakan wujud dirinya sendiri.

Hal ini dikenali sebagai fana' (lebur), yaitu penyaksian hati yang  tenggelam dalam menyaksikan ke-wujud-an Allah SWTsehingga tidak menyadari lagi keadaan dirinya sendiri. Ini suatu keadaan di mana seseorang sibuk dalam menyaksikan ke-wujud-an Allah swt sehingga tidak menyadari lagi kewujudan dirinya. Dia tenggelam dalam musyahadah Allah SWT dan tidak lagi diliputi apapun melainkan Allah SWT. Hatinya selalu fokus kepada Allah sehingga mereka dengan posisi inilah seorang yang berwahdatul wujud dengan kaca mata wahdatul syuhud yang sesuai dengan syariat Islam.

Helmi Abu Bakar El-Langkawi

Penggiat Literasi dan Sosial Agama serta Dewan Guru Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Bireun