Tajuk Ahad Laduni.id 07/10/2018: Waspadai Hoaks, Fokus pada Garapan di Depan Mata Kita

 
Tajuk Ahad Laduni.id 07/10/2018: Waspadai Hoaks, Fokus pada Garapan di Depan Mata Kita

Tajuk Ahad Laduni.id 07 Oktober 2018

Waspadai Hoaks, Fokus pada Garapan di Depan Mata Kita

Minggu ini kita semua masih dalam kondisi berduka, karena gempa dengan tsunami di Palu dan Donggala masih memberikan pekerjaan rumah nasional yang sangat berat. Sampai dengan hari ini, sudah tercatat lebih dari 1.600 korban jiwa meninggal atau dinyatakan hilang. Cerita pilu anggota keluarga yang terlepas dari anak, orang tua, saudara, dan familinya, saat ini seolah mengharu biru di basis penampungan para korban.

Tak terbayang bagaimana kerugian material dan immaterial, belum terbayang pula bagaimana rehabilitasi para korban bencana yang masih hidup, begitu pula pada bangunan-bangunan dan infrastruktur yang rusak. Sebuah bayangan kepiluan nasional baru setelah bencana serupa di Lombok yang belum selesai dalam proses penanganannya.

Agak malas untuk membahas kekisruhan politik di Jakarta dalam konteks pemilihan umum Presiden 2019, kekisruhan akibat hoaks yang ditimbulkan oleh seseorang wanita yang sudah sangat berumur, yang seharusnya mulai memfokuskan untuk kehidupan paska kehidupan di dunia, karena umur sudah melebihi 7 tahun dari umur nabi Muhammad Rasulullah.

Tak seberapa lama, parade permintaan maaf para tokoh politik nampak bergaung di televisi nasional, maupun media sosial. Di akhir bulan Muharram ini, seolah bulan Syawal. Hendaknya para pemimpin memiliki kemampuan untuk menyaring informasi dan menahan diri untuk melakukan double-check agar tidak memberikan dampak fatal bagi nation-state.

Semoga kekisruhan akibat hoaks, sesuatu yang sudah disepakati oleh para calon presiden dan wakil presiden beserta tim suksesnya, seharusnya menjadi pelajaran besar, agar tidak terulang. Tidak terulang, demi kemajuan bangsa, yang harus ditopang oleh jiwa-jiwa besar para tokoh politiknya, dengan mengedepankan solusi kebangsaan dibanding hanya sekedar memetik kemenangan dalam pemilu. Memprihatinkan!

Begitu juga memperihatinkannya, kehidupan para remaja, mahasiswa, dan pemuda yang saat ini seolah melenggang sendirian dalam dunia penuh teknologi. Baru dua hari Menteri Agama memberikan himbauan kepada mereka untuk berhati-hati dalam penggunaan teknologi dan gadget, eh, terbongkar sebuah group whatsapp di sebuah Sekolah Menengah Pertama yang berisi diskusi banyak hal yang tidak senonoh, mesum, porno, dan jauh dari kehidupan yang seharusnya mereka tempuh: belajar!

Memprihatinkan, karena merekalah para calon pemegang estafet kepemimpinan negeri ini di beberapa waktu ke depan. Merekalah mungkin yang akan duduk di jajaran pemerintahan, jajaran pelayan masyarakat, jajaran pemangku kepentingan, dan lain sebagainya. Perhatian, masyarakat yang lebih senior dan memiliki kesuksesan, sudah seharusnya dialihkan sebagaian fokusnya untuk kerja sosial dalam rangka membimbing mereka untuk tidak terjebak pada kejahatan yang timbul dalam lingkungan tertutup berbasis teknologi digital.

Bentuknya? Perlu dirembug bersama secara cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas dan mutu para kaum remaja, mahasiswa, dan pemuda dengan kesadaran dan keterlibatan mereka.

Walaupun tiap minggu, kalangan muda ini menorehkan prestasi yang tidak sedikit, sebagaimana mahasiswa ITB yang berhasil menyabet medali di ajang Taiwan Innotech Expo 2018 yang berlansung di Taiwan World Trade Center, dan beberapa keberhasilan remaja di minggu ini. Namun, terdapat pekerjaan rumah lain yang sangat besar, bagaimana meyakinkan para remaja, mahasiswa, dan pemuda lainnya untuk berani mencontoh.

Keberanian mencontoh adalah sebuah proses tersendiri di tengah keruwetan permasalahan yang menjerat mereka melalui lingkungan masyarakat dan dunia pendidikan mereka, sehingga psikologi akan keteguhan yang harus tertanam sebagai basis mereka memiliki attitude dan optimisme dapat tumbuh dengan baik. Perlu peran dan kerja bersama, karena akan sangat membahayakan di beberapa tahun ke depan, manakala negeri kita banyak diprediksi akan menjadi negara maju dengan ekonomi yang berada di puncak terbaik dunia.

Tantangan sosial pada generasi muda ini sangat penting disolusikan, di tengah tantangan-tantangan lain yang mencoba memporakporandakan kebersatuan Indonesia. Sebagaimana pesan ulama senior Syuriah agar Indonesia tidak menampaki nasib dan kehidupan mereka, karena basis pemuda yang tidak memiliki orientasi dan gambaran cita-cita masa depan, akan memudahkan kaum pemecah belah “mencuci otak” dan mengarahkan mereka untuk kejahatan yang tidak mereka sadari dengan hasil kericuhan dan perpecahan nasional.

Sementara Amerika, Iran, Turki, dan Rusia, masih bersitegang untuk menunjukkan urat dan otot kekuatan negaranya. Biarkanlah dulu, negeri ini masih memerlukan lebih fokus untuk menata internalnya. Sebagaimana parlemen Perancis yang memuji dan ingin mempelajari peran Islam Nusantara sebagai basis dan modal kebesaran Indonesia di banyak bidang.

Semoga kita semua diberikan kemudahan dan kesabaran dalam menyelesaikan setiap urusan kita.

Salam Islam Nusantara!

Salam Indonesia Mercusuar Dunia!