Tajuk Ahad Laduni.id 21/10/2018: NU, Raksasa Hijau Bangkit Berkiprah dalam Islam Rahmat seluruh Alam

 
Tajuk Ahad Laduni.id 21/10/2018: NU, Raksasa Hijau Bangkit Berkiprah dalam Islam Rahmat seluruh Alam

Tajuk Ahad Laduni.id 21 Oktober 2018
Raksasa Hijau Bangkit Berkiprah dalam Islam Rahmat seluruh Alam

 

Negeri kita masih belum beranjak dengan isu-isu lokal seperti penanganan bencana besar di Lombok, Palu-Donggala, dan terakhir meski tidak terlalu besar adalah di wilayah Aceh. Proses rehabilitasi terus dilaksanakan dengan hikmah adanya rasa kegotongroyongan dan rasa sepenanggunan sependeritaan sesama manusia, dengan dibuktikan adanya bantuan dari banyak daerah yang terus mengalir.

Nusa Tenggara Barat dalam minggu ini juga diminta prihatin dan meneteskan air mata kembali, karena adanya ulama besar yang wafat, Tuan Guru Taqiyuddin Mansyur, pengasuh pesantren Qomarul Huda, yang merupakan Ketua PWNU propinsi setempat meninggalkan umatnya. Semoga beliau selalu diberikan tempat terbaik oleh Allah SWT. Alfatihah. Aamiin.

Deretan prestasi remaja dan pemuda pada minggu ini juga tak lupa menghiasi kebanggaan dan meningkatkan kepercayaan diri kita, bahwa generasi muda kita sedang tumbuh pada arah yang positif.

Setidaknya, diperoleh kabar adanya mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang meraih medali emas dalam ajang International Young Innovators Summit (IYIS) 2018 yang berlangsung di Tokyo, Jepang. Mereka menang dalam kategori The Most Impactfull Innovation dan Special Award, dengan inovasi pemberdayaan masyarakat di kawasan UB Forest dalam upaya mengurangi permasalahan kemiskinan dunia yang berbasis kearifan lokal Indonesia.

Tidak ketinggalan, masih ada mahasiswa IPB yang memperoleh penghargaan atas inovasi pengembangan aplikasi untuk olahraga bersama. Juga siswa Madrasah Aliyah Nurul Jadid yang menjadi juara lomba bahasa Arab dalam lomba tingkat nasional yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UNI) Maulana Maliki Malang pada ajang Gebyar Apirasi Khazanah ‘Aroby (GAZA).

Para generasi muda Indonesia diharapkan meniru jejak langkah prestasi positif mereka, di tengah arus hubungan global antar negara yang semakin memanas belakangan ini. Sebagaimana diketahui, pemerintah Arab Saudi, sedang menghadapi hujatan internasional disebabkan karena kejahatan atas pembunuhan secara brutal kepada wartawan senior The Washington Post, Jamal Khashoggi.

Pembunuhan Khashoggi ini seolah membuka mata dunia, bahwa putra mahkota kerajaan Arab Saudi memiliki tipikal yang anti kritik dan memiliki integritas kepemimpinan yang diragukan dalam menjaga ketertiban bersama dan bahkan dalam melindungi warga negaranya. Sebuah tindakan yang memberikan ketidakpercayaan warga dunia kepada penguasa de facto Arab Saudi untuk menggantikan ayahnya, raja Salman.

Begitulah, bahkan kedua partai yang berseteru di Amerika Serikat pun sepakat memberikan penilaian negatif dan mendorong pemerintah untuk memberikan hukuman yang tegas kepada pemerintah Arab Saudi, di tengah angka impor minyak Arab Saudi hanya seperlima angka ekpor minyak Amerika. Namun, demikian Donald Trump masih bersikukuh, meski berlawanan dengan partai pendukungnya, karena diketahui baik Donald Trump dan Raja Arab Saudi tengah dalam proses penandatanganan kontrak bisnis senjata dalam jumlah besar.

Alasan Donald Trump untuk tidak segera menghukum pemerintah Arab Saudi sudah sangat jelas, di samping karena mereka adalah sekutu yang kuat, di sisi lain bahwa pada saat ini Amerika Serikat sedang dalam defisit anggaran, tertinggi sejak tahun 2002, senilai hampir senilai GDP Indonesia 2017.

Jazirah Arab memang sedang dalam peradaban yang tidak stabil, bahkan sebagian negara mendekati sebagai negara gagal, karena adanya kemiskinan yang teramat sangat, sementara pemerintah tidak berkutik tanpa adanya bantuan dari luar negeri dalam sektor ekonomi maupun keamanan nasional. Di sisi lain, warga negaranya hidup dalam kekhawatiran dan keresahan akan timbulnya kekerasan yang sewaktu-waktu bisa timbul.

Lihatlah, ketika Pemerintah Suriah secara resmi melarang para ulama berceramah agama yang dapat memicu konflik sektarian dalam bentuk Undang-Undang yang disahkan beberapa hari kemarin. Hal ini jelas berlatarbelakangkan adanya musuh laten yaitu kelompok teroris takfiri (kelompok yang mudah mengkafirkan muslim lainnya) yang masih ada di banyak wilayah Suriah dan negara sekitarnya. Undang-undang juga melarang menggunakan ajaran agama untuk tujuan-tujuan politik yang dapat merusak kebersatuan umat.

Kecurigaan antar warga masyarakat menjangkiti banyak negara Arab dan Afrika Utara, di mana Arab Spring bergerak menghancurkan peradaban melalui tangan teroris takfiri ISIS. Tidak terkecuali seperti negara Al Jazair yang telah mengeluarkan larangan resmi bagi karyawan perempuannya untuk menggunakan cadar. Kekhawatiran yang sangat beralasan, karena telah banyak tersiar kabar adanya anggota teroris yang menyamar menggunakan pakaian wanita dan bercadar.

Bersyukurlah kita di negari Indonesia ini yang aman dan tenteram, walau belakangan agak menghangat.

Kehangatan dan konsentrasi para warga negara dan pemerintah yang menaruh perhatian pada penanganan korban bencana alam dan persiapan pemilihan umum, telah dipakai oleh sekelompok orang dari pemerintahan kabupaten Bekasi dan pengembang dari Lippo Group untuk melakukan tindakan melawan hukum dalam proyek besar Meikarta. Korupsi. Hingga bupati Bekasi dan direktur Lippo Group bersama beberapa pejabat di bawahnya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Dalam siaran resminya, KPK menyatakan, tidak menutup kemungkinan akan memeriksa Direktur Utama Lippo Group, sekaligus tokoh Orang Terkaya di Indonesia, James Riady.

Berita cukup menggemparkan dari kasus Meikarta, seolah hampir menutup kesuksesan penyelenggaraan Pertemuan Annual Meeting IMF dan World Bank 2018 yang berlangsung di Bali. Indonesia dipuji oleh banyak negara karena peningkatan standard penyelenggaran event penting tersebut. Pidato presiden Jokowi dipuji oleh banyak pemimpin negara dunia maju, sebagai pidato yang memberikan refresh dan solusi permasalahan global yang tidak hanya tersekat pada masalah ekonomi yang hanya menonjolkan menang dan kalah.

Keberhasilan penyelenggaraan event IMF dan World Bank serta juga pointer-pointer positif atas ekonomi dan keberhasilan Indonesia di banyak sektor, telah menarik banyak negara untuk mengajukan kerjasama, termasuk Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, setelah beberapa bulan lalu tergopoh-gopoh untuk membatalkan larangan kunjungan wisatawan Indonesia di Yerusalem, beberapa hari lalu secara resmi mengajukan pembukaan hubungan diplomatik dan kerjasama dengan Indonesia.

Syukurlah, dengan percaya diri, pemerintah Indonesia menolak permintaan pemerintah Israel tersebut.

Perlahan namun pasti, keberadaan Indonesia banyak menarik perhatian masyarakat dunia. Selain faktor ekonomi dan kemampuan pengendalian keamanan, Indonesia juga terkenal sebagai negara berpenduduk besar dan mayoritas beragama Islam, namun demikian corak keagamaannya sangat berbeda dari jazirah Arab yang sedang banyak konflik yang bersumber pada keagamaan Islam. Faktor Nahdlatul Ulama, sebagai ormas terbesar menjadi kunci keberhasilan Indonesia terkini.

Walaupun secara organisasi Nahdlatul Ulama hampir berumur seratus tahun, namun kiprahnya justru mulai tumbuh paska reformasi, sehingga masih banyak sektor aktivitasnya yang masih memerlukan pembenahan. Sehingga ketika Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar yang dikelola oleh PWNU Sidoarjo memperoleh juara pertama dalam event yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Award 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) telah membangkitkan kebanggan tersendiri bagi Nahdlatul Ulama.

Penghargaan kepada RSI Siti Hajar ini membuktikan bahwa pengabdian para penyelenggara layanan langsung kepada masyarakat menimbulkan loyalitas dan rasa kasih imbal balik dari masyarakat. Sebuah terminologi khas NU yang penuh pengabdian tanpa mempedulikan imbalan dan pujian, sebagaimana relawan Lazisnu dan NU Care yang masih berjibaku dalam pengabdiannya di musibah Lombok dan Palu-Donggala tanpa rilis-rilis berita yang menghebohkan.

Minggu ini adalah minggu-minggu kesibukan nasional dalam rangka Hari Santri, perayaan hari santri secara serempak diadakan di tiap propinsi dan kota. Mereka mengenang jasa para santri dan kyai yang menggerakkan perlawanan kepada penjajah, sehingga Indonesia dapat mempertahankan kemerdekaannya dalam rangka menuju perdamaian dunia. Peran yang sekali lagi adalah khas Nahdlatul Ulama, yaitu pengabdian.

Peran itu pula yang sekarang digaungkan oleh para tokoh Nahdlatul Ulama dalam kancah internasional, Gus Yahya Cholil Staquf, menjadi pendatang baru dalam 500 Tokoh Berpengaruh di Dunia mendampingi para tokoh seniornya seperti Kyai Said Aqil Siradj selaku Ketua Umum PBNU dan juga Habib Luthfi bin Yahya. Peran Gus Yahya mulai terlihat menjadi kunci bagi kehambaran dan kesumpekan pergaulan dan peradaban dunia, di mana banyak negara yang sudah pasti kalah dan menyerah dalam peran penjaga perdamaian global. Sehingga ide Islam Rahmah melalui  jargon Islam Nusantara yang digelorakan beliau telah disambut positif oleh banyak pemuka agama dan negara, bahkan dideklarasikan di pusat konflik dunia yang tidak pernah usai, Yerussalem.

Malam ini, dalam puncak Hari Santri, yang sangat meriah dan memberikan harapan positif bagi negeri, juga menjadi ajang untuk mendoakan bangsa, agama, dan negara melalui pembacaan 1 Milyar Shalawat Nariyah agar bangsa ini selalu diberikan keselamatan dan kesejahteraan dalam mengarungi waktu ke depan. Nampaknya dalam perhelatan semakin terkini, peran Nahdlatul Ulama, tumbuh sebagai raksasa hijau yang memberikan rahmat bagi seluruh alam.

Demikianlah, semoga kita semua diberikan kesanggupan untuk terus tumbuh positif dan liputan relijius yang penuh rahmat.

Salam Islam Nusantara!
Salam Indonesia Mercusuar Dunia!