Mensyukuri DiutusNya Izrail

 
Mensyukuri DiutusNya Izrail

LADUNI. Muhasabah 3 Rabiul Awal 1440
Saudaraku, oleh banyak orang, tema muhasabah hari ini bisa jadi tidak disukai, maunya dikudiankan atau bahkan sebisanya dihindari. Mengapa? Karena akan membicarakan makhluk Allah yang oleh Nabi Muhammad disebutnya sebagai makhluk utusan Allah yang akan menghapuskan kenikmatan sementara, yang akan memisahkan pertemuan di dunia ini. Dialah malaikatul maut, Malaikat Izrail.

Namun demikian, pengalaman hidup sudah cukup menjadi bukti. Bahwa telah menjadi sunnatullahNyalah ada yang datang dan yang lain pergi. Ada yang lahir, tetapi banyak juga dan silih berganti yang mati. Syarat untuk menemui kematian tidak harus sudah tua, dan juga tidak harus sakit terlebih dahulu. Malaikat Izrail sudah siap menunaikan tugasnya dalam kondisi apapun juga, di manapun juga.

Saudaraku, ia bisa datang kapan saja tanpa diundang, kepada siapa saja yang sudah sampai saatnya. Tidak ada yang bisa menolak kedatangannya, tidak ada yang kuasa menghalangi langkahnya. Bilakah saatnya? Hanya Allah saja yang mengetahuinya. Malaikat Izrail hanya mematuhi dan menjalankan perintah dari Rabbnya.

Allah berfirman yang artinya Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawa kalian, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (Qs. Al-Sajdah 11).

Saudaraku, idealnya justru kita harus mensyukuri diutusNya Malaikat Izrail, baik dengan hati, lisan maupun dengsn lerbuatan nyata.

Pertama, mensyukuri diutusNya Mailakat Izrail di hati dengan meyakini bahwa Malaikat Izrail pasti kan datang untuk mencabut nyawa dari siapapun yang dikehendakiNya. Oleh karenanya kita harus selalu dalam kondisi bersiap siaga.

Kedua, mensyukuri diutusNya Malaikat Izrail di lisan dengan terus memujiNya seraya melafalkan alhamdu lillahi rabbil 'alamin. Dengan terus memujiNya, semoga Allah memberikan kemudahan juga keberkahan saat menyambut kedatangan Malaikat Izrail, saat sakaratul maut, dan saat ruh berpisah dengan badan kita kelak.

Ketiga, mensyukuri diutusNya Malaikat Izrail dalam perbuatan nyata dengan terus mengukuhkan akhlakul karimah. Bahwa hidup di dunia ini ada batasnya, karena dunia itu sendiri juga fana. Oleh karenanya harus selalu ingat kematian, agar jiwa kita menjadi lembut, jauh sikap angkuh dan sombong.