Ancaman Hoaks di Era Medsos

 
Ancaman Hoaks di Era Medsos

LADUNI. ID,  KOLOM- Lagi-lagi WhatsApp menjadi kanal viralnya sebuah berita palsu; kali ini tentang isu penculikan. Kenapa kanal pesan singkat ini begitu sering menyemai hoaks?

Malang benar nasib AK, pria berusia 40 tahun. Ia dihakimi warga saat sedang berjalan-jalan di dekat sebuah taman kanak-kanak sambil menggendong kucing di Cilodong, Depok. 

Gelagatnya dianggap mencurigakan, sehingga ia ditangkap dan dihajar warga karena disangka penculik. Belakangan, ia terindikasi mengalami gangguan jiwa.

Kenapa masyarakat menjadi begitu paranoid?

Kejadian ini dipicu oleh kepanikan yang dibakar oleh berbagai pesan viral di WhatsApp tentang penculikan anak. Pesan ini hadir dalam berbagai variasi narasi, beberapa di antaranya memiliki nada konspirasi. 

Logo Kepolisian—yang tentunya sangat mudah dimanipulasi secara digital—juga kerap terpasang untuk memberi kesan “resmi” dan otoritatif.

Beberapa pesan itu disertai foto brutal mayat anak-anak yang dikisahkan sebagai korban penculikan dan pencurian organ.

Foto-foto yang ternyata diambil dari korban kasus pembunuhan, pencurian, dan kecelakaan yang tidak berhubungan, sementara kisah penculikan yang menyertainya adalah fabrikasi.

Peristiwa serupa sempat terjadi di India beberapa bulan yang lalu. Sebuah video layanan masyarakat dari Pakistan, yang ditujukan untuk mendidik masyarakat tentang bahaya penculikan, disunting dan dikisahkan ulang sebagai insiden penculikan nyata, dan viral melalui WhatsApp. 

Setidaknya 20 orang tewas dihakimi massa akibat pesan hoaks tentang ancaman penculikan ini. Para korban yang dicurigai penculik ini ternyata hanyalah orang-orang biasa yang tengah berhenti untuk menanyakan jalan atau sekadar menyapa anak-anak.

Bukan hanya hoaks kriminalitas yang subur di WhatsApp. Pada 2018, WhatsApp juga menimbulkan kontroversi sebagai lahan subur tersebarnya berbagai hoaks dan berita palsu dalam pemilihan presiden Brazil. Keluhan ini sangat familiar bagi kita menjelang tahun politik 2019.

Sumber: Firman Imaduddin, Kenapa Whatsapp Menjadi Lahan Subur Bagi Hoaks. www.remotivi.or.id