Disinformasi di Media Sosial, Bawaslu: Ini Penyebab Kualitas Pemilu Menurun

 
Disinformasi di Media Sosial, Bawaslu: Ini Penyebab Kualitas Pemilu Menurun

LADUNI.ID, Jakarta – Disinformasi dapat membuat kualitas Pemilu menurun. Begitulah yang diungkapkan anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Rahmat Bagja, ia memaparkan beberapa temuan Bawaslu terkait dengan konten disinformasi di media sosial.

"Disinformasi berbeda konsep dengan ujaran kebencian namun sangat mungkin mengandung ujaran kebencian," tutur Rahmat dalam diskusi bertajuk 'Panas di Medsos, Dingin di Kotak Suara' di Hotel Le Meridien, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, pada Rabu (14/11) kemarin.

Lebih lanjut dijelaskan Rahmat, disinformasi juga dinilai dapat mengancam demokrasi, merusak rasionalitas, memicu konflik sosial dan disintegrasi.

Pada kesempatan itu, Rahmat memaparkan beberapa temuan Bawaslu selama Juli - September 2018. Di antaranya, sebanyak 47,83 persen konten disinformasi ditemukan di Facebook, sedangkan 12,17 persen konten disinformasi ditemukan di Twitter.

"Menyusul Whatsapp dan Youtube masing-masing 11,74 persen dan 7,83 persen," papar dia.

Karena itu, lanjut Rahmat, pihak Bawaslu sudah melakukan sejumlah langkah-langkah untuk menanggulangi konten disinformasi tersebut. Di antaranya bekerja sama dengan Kemenkominfo dan platform media sosial untuk melakukan pemblokiran akun penyebar disinformasi dan ujaran kebencian.

"Bawaslu juga membentuk Satgas pengawasan media sosial," tuturnya.

Apalagi kini telah menuju Pemilu 2019, Rahmat lantas mengingatkan agar Pemilu menjadi perhatian bersama karena menggunakan 5 kotak suara dengan 185 juta DPT dan 16 partai politik. "Ini akan sangat rawan sekali dihasut oleh isu SARA dan politik identitas. Kami harapkan kita semakin bijaksana," imbuhnya.