Diam Metode Beribadah Kaum Jahiliyah , Benarkah?

 
Diam Metode Beribadah Kaum Jahiliyah , Benarkah?

LADUNI.ID,HIKMAH- Islam merupakan agama dakwah. Tentunya dakwah tentunya dengan lisan dan haliah (perbuatan). Diam itu adakalanya merupakan emas,tapi itu ada pada tempatnya. Telah diceritakan bahwa salah satu cara beribadah kaum jahiliyah adalah dengan  diam. Maka wajib hukumnya setiap Muslim untuk membedakan diri dari perbuatan dan perilaku jahiliyah.

Jika ia berdiam diri tanpa alasan atau sengaja menahan diri untuk berbicara, hal itu bukan termasuk  syiar dalam agama. Justru yang dianjurkan adalah berbicara yang baik dalam rangka amar makruf nahi mungkarAda pula hadis dari Ali bin Thalib RA, dia berkata, “Aku ingat Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Tidak ada hukum yatim setelah bermimpi (baligh) dan tidak boleh diam (tutup mulut) selama sehari sampai malam harinya’”. (HR Abu Dawud dengan sanad hasan).

Al Khaththabi berpendapat, sikap diam adalah bentuk ibadah kaum jahiliyah. Maka hendaknya kaum Muslimin menghiasi lisan dengan zikir dan pembicaraan yang baik. Namun, beberapa ulama menilai hadis Abu Dawud tersebut sahih, kecuali pada, “Dan tidak boleh diam (tutup  mulut) selama sehari sampai malam harinya”.

Ungkapan ini dinilai dhaif meski diriwayatkan dari beberapa jalur. Namun, beberapa perawinya ada yang tidak dikenal dan matruk (perawinya dikenal berdusta). Namun, jalur hadis ini dikuatkan hadis pertama tentang Abu Bakar RA.

Ada yang berpendapat jika diam justru dianjurkan dalam hadis, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam”. (Muttafaq Alaih).

Masih menurut Syekh Salim bin Ied al-Hilali, kedua hadis tersebut tidaklah bertentangan. Diam dalam hadis “Berkatalah yang baik atau diam” dimaksudkan agar tidak berbicara hal-hal yang batil. Maka diam seperti itu dianjurkan. Sementara, larangan diam dalam hadis Abu Bakar di atas adalah diam dengan meninggalkan pembicaraan yang mubah.

Ada pula yang berhujah jika diam dicontohkan oleh Siti Maryam ibunda Nabi Isa AS seperti dituangkan dalam Alquran. “...Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rab Yang Mahapemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini”. (QS Maryam [19]: 26).

Pendapat ini juga tertolak sebab dua alasan. Pertama, syariat umat sebelum Islam datang bukanlah syariat yang diberlakukan untuk umat Islam. Kedua, dengan adanya hadis Abu Bakar tersebut, syariat Islam telah melarang diam dalam jangka waktu tertentu.

REPUBLIKA.CO.ID