Di dalam seremoni melaksanakan shalat Idul Adha maupun Idul Fitri, biasanya dipandu oleh seseorang yang membaca kalimat tertentu dalam menandai pelaksanaan sesuatunya.
Secara umum birahi tidak pernah puas. Kenyataannya menunjukan bahwa semakin diperturutkan, ia semakin menjadi-jadi, serupa dengan menggaruk eksim, semakin digaruk semakin enak, tetapi akhirnya luka meradang.
Nilai sebuah amal itu tidak bisa dilepaskan dari niatnya. Suatu amal akan bernilai luhur ketika niatnya baik dan benar. Jangankan amal biasa, amal yang merupakan kebaikan-kebaikan tapi tanpa disertai dengan niat, maka tidak sempurna keutamaannya.
Permasalahan mengeraskan suara bagi yang bukan imam sebenarnya sudah tuntas dibahas sejak jaman dulu. Para Sahabat juga sudah melakukannya dan tidak dilarang oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Abdullah bin Busr sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar bersama manusia pada hari Idul Fithri atau Idul Adha, maka ia mengingkari lambatnya imam dan ia berkata: “Sesungguhnya kita telah kehilangan waktu kita ini, dan yang demikian itu tatkala tasbih”(1)
Idul Fitri menjadi hari raya yang dinanti natikan oleh umat Islam diseluruh penjuru dunia selepas menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Ibadah ini identik dengan wujud kemenangan dan rasa syukur umat Islam setelah melewati Ramadan satu bulan penuh.
Pandang Prof. Habib Quraish Shihab tentang waktu yang tepat mengajarkan shalat kepada anak.
Pandangan Prof. Habib Quraish Shihab tentang usia mengkhitan anak laki-laki.
Pandangan Prof. Habib Quraish Shihab tentang hukum berbisnis dengan klien yang non-muslim.