Maulid Nabi SAW adalah salah satu ajang yang sangat sakral untuk mengembalikan jati diri kita sebagai hamba Allah dan sebagai umat Baginda Nabi SAW. Oleh karena itu, seyogyanya kita bisa memperhatikan dengan seksama arti atau makna yang terkandung di dalam pembacaan Maulid Nabi SAW.
Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dilaksanakan oleh mayoritas umat Islam di dunia, termasuk di Indonesia. Peringatan maulid selalu semarak dengan berbagai agenda dan tradisi yang menunjukkan ungkapan syukur dan cinta umat Islam atas lahirnya Baginda Nabi Muhammad SAW.
Salah satu ibadah yang dianjurkan kepada umat Islam adalah istiqomah membaca Al-Quran. Membaca surat maupun ayat apapun di dalam Al-Quran akan dinilai pahala, meski tidak memahaminya.
KH. Abdul Hamid Pasuruan masyhur dikenal oleh banyak orang sebagai seorang waliyullah. Sebagai sosok yang dekat kepada Allah, maka tidak sedikit orang yang sowan dan mengambil berkah darinya.
Ketika, Kyai Hamid Chasbullah mulai bicara, beliau menegaskan bahwa hormat bendera hukumnya boleh dan bukan tergolong perbuatan syirik atau haram. Hormat bendera tidak dapat dipahami sebagai penghormatan kepada fisik bendera semata.
Selain perbuatan baik yang dilakukan semasa hidup, keringanan siksa kubur di alam barzah juga bisa diberikan oleh Allah SWT sebab berkat orang-orang yang mendoakannya.
Pada dasarnya Surat Yasin adalah bagian dari Al-Quran dan membacanya adalah dinilai pahala. Membaca Surat Yasin memang tidak harus ditentukan waktunya.
Santri-santri di Pesantren Al-Ashriyah Nurul Iman, Parung, mendapatkan ijazah tersebut dari Habib Saggaf. Selain memberikan ijazah tersebut kepada para santrinya, beliau juga menyampaikan ijazah ini kepada khalayak umum.
Ada banyak Hadis Shohih yang menerangkan tentang keutamaan bulan Dzulhijjah, khususnya di hari 10 pertama.
Dalam Hadis Shahih Bukari terdapat riwayat Hadis yang menerangkan tentang keutamaan bulan Dzuhijjah. Bahkan amal sholeh di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dijelaskan lebih utama dibanding dengan jihad fi sabilillah.