INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Jadi, dari sini bisa dipahami tentang diperbolehkannya wanita untuk berziarah kubur. Metode dalil yang disampaikan oleh para ulama menyatakan bahwa seandainya ziarah kubur bagi wanita dilarang, maka mestinya Nabi SAW melarang wanita yang dimaksud di dalam Hadis untuk ziarah kubur.
Menurut Ibnu Hajar kenapa tiga hal tersebut menjadi tanda munafik, adalah karena perilaku tersebut telah merusak tiga pokok utama agama Islam yang mencakup perkataan, perbuatan, dan niat.
"Rendah hati itu tanda (ciri) paling utama dari ulama. Karena itu menunjukkan makna yang sesungguhnya dari kata "Khasyatullah", (takut kepada Allah)."
Kita akan menyambut bulan Ramadhan. Bulan suci yang di dalamnya penuh keberkahan. Bulan suci yang dinantikan oleh orang-orang beriman. Bulan ini adalah bulan di mana pahala dilipatgandakan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.
"Nabi SAW bersabda: 'Bila jenazah sudah diletakkan lalu digotong oleh para lelaki, jika dia jenazah yang baik maka dia berkata: 'Segeralah antarkan aku.' Bila jenazah tidak baik dia berkata kepada keluarganya: 'Celaka, mereka bawa ke mana jenazahku.'" (HR. Bukhari)
Sebenarnya jika kita masih mampu untuk bersilaturrahim secara langsung bertemu dan bertatap muka, maka kita harus melakukan hal itu semampunya. Tapi jika memang tidak bisa dikarenakan adanya halangan, maka dalam konteks zaman sekarang, bisa juga melakukan silaturrahim via online melalui smartphone.
Dalam hiruk-pikuk hubungan sosial seperti sekarang ini, trust (kepercayaan) itu seperti berlian. Ia sungguh sulit untuk ditemui dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akhlak dan adab dalam pergaulan sosial. Salah satu ajaran mulia dalam Islam adalah meminta maaf, baik dalam konteks pergaulan sehari-hari maupun ketika seseorang telah melakukan kesalahan terhadap orang lain.
Dikisahkan, pada suatu kesempatan, Imam Abu Hanifah bertanya kepada Hatim Al-'Asham mengenai cara untuk selamat dari bahaya kehidupan dunia.
Pada hakikatnya, semua masalah yang dihadapi oleh manusia hanya berbeda kapasitasnya, namun semua itu kembali kepada hati manusia. Apakah ia mau meminta kepada Allah supaya dilapangkan dadanya dalam menghadapi masalah-masalah hidupnya, ataukah justru ia menafikan Allah SWT.