Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk selalu berdoa kepada Allah SWT dalam segala urusan, terutama ketika menghadapi musibah atau kesulitan.
Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menyampaikan setidaknya ada enam sifat perempuan yang harus diperhatikan supaya menjadi pembelajaran dan perhatian bagi laki-laki sebelum menentukan pendamping hidupnya.
Praktik beragama yang mantap dan tidak mudah goyah itu jika didasari oleh ilmu agama yang benar, diperoleh dari sumber yang bisa diperoleh, bukan didasari oleh dugaan dan dorongan hawa nafsu belaka.
Yang mula-mula dijalankan Nabi Muhammad SAW ialah penyiaran tauhid. Dan di samping itu, menanam semangat persaudaraan Islam, dengan tidak membeda-bedakan antara keturunan, pangkat, kekayaan dan kebangsaan.
“Seseorang yang terus meminta-minta kepada manusia, kelak pada Hari Kiamat ia akan datang tanpa sepotong daging pun di wajahnya.” (HR. Muslim)
Islam telah mengajarkan umatnya tentang etika atau adab ketika berhubungan dengan saudaranya, entah itu saudara sesama Muslim, saudara sesama umat manusia, dan saudara sesama makhluk ciptaan Allah SWT.
Pada dasarnya, mencari pengakuan dan pengikut sebagai ukuran diterimanya eksistensi, adalah berarti telah melakukan pemaksaan atas kedangkalan ilmunya dari luasnya ilmu Allah SWT.
Dikisahkan, pada suatu kesempatan, Imam Abu Hanifah bertanya kepada Hatim Al-'Asham mengenai cara untuk selamat dari bahaya kehidupan dunia.
Dengan kata lain, problem yang kita hadapi dewasa ini bukan soal teks keagamaan, tapi soal kemanusiaan kita yang merasa terancam, tidak aman dan tidak nyaman. Ini menggerus kemanusiaan kita sehingga kita tidak lagi jernih, adil dan beradab dalam memahami teks keagamaan.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa pekerjaan rumah tangga bukanlah tanggung jawab istri semata, melainkan tanggung jawab bersama. Di tengah kesibukan dakwah dan kepemimpinan, Rasulullah tetap meluangkan waktu untuk membantu keluarganya.