Salah satu persoalan yang sering menjadi bahan diskusi adalah bagaimana seorang istri harus mendahulukan suami dibandingkan orang tuanya, sementara kewajiban seorang suami justru mendahulukan ibunya di atas kepentingan lainnya.
Kita harus paham, bahwa yang menjadi tolak ukur dalam dakwah bukanlah keras atau lunak, tegas atau tidak. Selama itu merupakan kebenaran dan kebaikan yang disampaikan dengan cara yang baik dan benar pula, maka bungkus dan kemasan tak akan pernah mempengaruhi.
"Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, bahwa barang siapa di antara kamu melakukan kejahatan karena kejahilan (kebodohan), kemudian ia bertaubat setelah itu dan memperbaiki diri, maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-An'am: 54)
Menjadi seorang hakim adalah tanggung jawab besar yang tidak boleh dianggap remeh. Keputusan yang diambil tidak hanya berdampak pada kehidupan di dunia, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Di dalam dunia kerja atau dunia profesional, tidak akan lepas dari akhlak. Akhlak di sini dapat diterjemahkan ke dalam segala aktivitas yang menuntun kita memproduksi kebaikan atau kebajikan tiap harinya.
Setiap orang yang berstatus "santri" harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk membersihkan pemikiran dari hal-hal yang merusak keimanan.
Secara umum "santri" adalah julukan seorang yang sedang menempuh belajar ilmu agama di pondok pesantren. Biasanya selain menuntut ilmu agama, santri diwajibkan juga untuk tinggal di asrama.
Keberkahan dan kebermanfaatan ilmu yang didapat tergantung seberapa besar ia menjaga adab sebagai seorang santri. Keterangan terkait hal ini, dalam Muqaddimah Majmu' Syarah Al-Muhadzab disebutkan beberapa hal yang menjadi adab seorang santri.
“(Sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imaran: 34)
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya; berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harapan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A'raf: 56)