Zaman kita hari ini adalah masa saling mengawasi. Mencari celah kesalahan orang lain, lalu diframing (dipotong bagian tertentu yang sesuai kepentingannya), dibuatkan narasi, disebarkan, maka begitu akhirnya terjadi, goncang dan hebohlah sudah media sosial.
Mendoakan para pemimpin adalah bagian dari pertolongan kita kepada sesama. Sebagaimana Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya untuk saling menolong sesama muslim, baik dalam keadaan zalim maupun terzalimi.
Dari sini kita mendapatkan satu pelajaran yang sangat berharga. Kalau seorang nabi yang berdakwah kepada pemimpin zalim sekaliber Fir'aun saja diperintahkan untuk bersikap lembut, lantas bagaimana seyogyanya dengan kita?
Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan meniscayakan adanya tanggung jawab. Demikian pula terkait hal memilih menjadi juru damai
Dengan sikap berpura-pura dan selalu menipu, orang-orang munafik jelas diliputi penyakit di dalam hatinya, seperti dendam, hasud, dengki, ragu-ragu dan penyakit kejiwaan lainnya.
Hidup damai merupakan salah satu tujuan mulia dalam Islam. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menjaga kedamaian dan ketenteraman, baik di dalam keluarga, masyarakat, maupun antar bangsa.
Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Banyak petunjuk yang membahas tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan jiwa.
Para kyai pesantren juga sering mengingatkan betapa istimewanya kedudukan ilmu. KH. Maimoen Zubair pernah dawuh, "Ora ono kemanfaatan zaman saiki kejobo wong iku iso ngaji." (Tiada sesuatu yang lebih bermanfaat di zaman ini kecuali jika ia bisa mengaji (paham ilmu agama).
Keadaan setiap orang sering kali berubah. Tidak semua orang baik. Terkadang orang yang sering berbuat baik, pada satu kesempatan tertentu melakukan khilaf. Demikian pula orang yang sering kali berbuat maksiat, pada satu kesempatan akan tergerak dalam melakukan kebaikan.
“Sebagaimana mestinya seorang ayah yang menjaga anaknya dari api dunia, maka sungguh menjaga sang anak dari api neraka mestinya lebih penting lagi.”