Di bulan Rabiul Awal ini, kita menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kita harus memahami arti pentingnya merayakan kelahiran beliau, yang mana kemudian dikenal dengan perayaan Maulid Nabi.
Nama lengkapanya adalah Hassan bin Tsabit bin Al-Mundzir Al-Khazraji Al-Anshori, yang kemudian biasa disebut Abul Walid. Beliau merupakan salah satu sahabat dari kalangan kaum Anshor. Setelah masuk Islam, para sahabat menyebutnya sebagai “Sya’iru Rasulillah” (Sang Pujangga andalan Rasulullah).
"Ibnu Abbas mendengar Umar berkhutbah di mimbar bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Janganlah kalian memujiku seperti Nasrani memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah. Katakan bahwa aku adalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya.'" (HR. Bukhari).
Hadis yang sudah populer bahwa "para ulama adalah pewaris para Nabi" (HR. Tirmidzi), dijelaskan bahwa yang diwariskan oleh para Nabi itu ada tiga hal, yakni ibadah, ilmu dan akhlak (Abid, Alim dan Arif).
Di berbagai belahan dunia, khususnya di Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Afrika, umat Islam memperingati Maulid Nabi dengan beragam cara, seperti pembacaan syair-syair pujian kepada Nabi, shalawat Nabi, ceramah keagamaan, serta dzikir dan doa bersama.
Perayaan Maulid merupakan ekspresi cinta yang tulus dari umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Dari sisi hukum, tidak perlu ada keraguan karena dalil-dalil yang mendukung perayaan ini sangat jelas tercantum dalam Al-Qur'an dan Hadis.
Dalam kitab Al-Wasa'il fi Syarhi As-Syama'il dijelaskan bahwa jika dalam rumah, masjid, atau suatu kampung dibacakan kitab Maulid Nabi SAW, maka malaikat akan mengelilingi rumah, masjid, dan kampung tersebut dan memohonkan ampun atas dosa semua penghuninya.
“Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum Mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya.” (HR. At-Tirmidzi)
“Orang yang pertama kali memandang wajahnya pasti akan merasa segan kepadanya, kemudian jika ia mulai mengenal lebih dekat Rasulullah SAW maka akan timbul di hatinya rasa cinta kepadanya.”
Kita bisa melihat dalam ayat ini sebagian akhlak mulia Rasulullah SAW, seperti lemah lembut, tidak kasar dan keras, pemaaf, mendoakan ampunan, dan mengajak berdialog dengan umat.