Kemajuan IPTEK dengan segala ragamnya ternyata tidak berhasil mengangkat harkat dan martabat manusia secara hakiki, yang terjadi justru sebaliknya, banyak terjadi kegelisahan-kegelisahan dan tidak bermaknanya kehidupan serta hampanya nilai spiritual.
Tercatat dalam Arriyadh Annadhirah fi Manaqibil Asyarah dari sahabat Abu Dzar r.a., bahwa Rasulullah masuk ke rumah Aisyah ra dan bersabda: “Wahai Aisyah, inginkah engkau mendengar kabar gembira?” Aisyah menjawab: “Tentu, ya Rasulullah.”
Ajaran Islam terdiri dari Aqidah, Syariah/ Fikih dan Akhlah/ Tasawuf. Ini adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Statemen tersebut disampaikan oleh Ustaz Salafi. Benarkah? Mari kita belajar lagi dari dasar.
Belum lengkap rasanya menikmati kesenangan dan kebahagiaan di dalam surga kalau tidak mendapat ridla Allah. Keridlaan Allah adalah kunci dari ketenangan batin penghuni surga.
Menurut yang bertanya, ada ustaz Salafi yang bilang kepada masyarakat bahwa jika ngaji Qur'an jelek –tidak fasih, maka tidak akan sampai pahalanya untuk Almarhum yang dibacakan Yasin, misalnya.
Di hari Jumat, bila meninggalkan salat Jumat, ada yang kemudian melakukan salat Zhuhur seperti biasa, ada yang hanya salat dua rakaat, ada yang bahkan tidak melakukan salat sama sekali. Mana yang betul?
Giliran saya dan Dr Ahmad Ginanjar Sya'ban silaturrahim di pesantren yang berafiliasi ke NU atau Perti, yang kami tanamkan adalah dalil Amaliah dan sejarah ulama mereka di masa silam.
Secara bahasa Akhlak atau budi pekerti disamakan dengan kata “Moral” atau “Ethic”, yang sama-sama berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Mores” dan “Ethicos”, yang bermakna adat kebiasaan