Islam telah mengajarkan umatnya tentang etika atau adab ketika berhubungan dengan saudaranya, entah itu saudara sesama Muslim, saudara sesama umat manusia, dan saudara sesama makhluk ciptaan Allah SWT.
Pada dasarnya, mencari pengakuan dan pengikut sebagai ukuran diterimanya eksistensi, adalah berarti telah melakukan pemaksaan atas kedangkalan ilmunya dari luasnya ilmu Allah SWT.
Dikisahkan, pada suatu kesempatan, Imam Abu Hanifah bertanya kepada Hatim Al-'Asham mengenai cara untuk selamat dari bahaya kehidupan dunia.
Dengan kata lain, problem yang kita hadapi dewasa ini bukan soal teks keagamaan, tapi soal kemanusiaan kita yang merasa terancam, tidak aman dan tidak nyaman. Ini menggerus kemanusiaan kita sehingga kita tidak lagi jernih, adil dan beradab dalam memahami teks keagamaan.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa pekerjaan rumah tangga bukanlah tanggung jawab istri semata, melainkan tanggung jawab bersama. Di tengah kesibukan dakwah dan kepemimpinan, Rasulullah tetap meluangkan waktu untuk membantu keluarganya.
Salah satu pandangan menarik di dalam kitab Ihya' Ulumuddin adalah pernyataan Imam Al-Ghazali yang menukil dari Syaikh Kholil bin Ahmad tentang empat golongan manusia.
Kadang wajib suatu kesalahan dibahas di depan publik dengan pertimbangan di atas. Menjaga kebenaran ilmu jauh lebih perlu diutamakan daripada menjaga nama seseorang di depan umum.
“Ketahuilah, bahwa yang patut dan pantas disebut sebagai seorang ulama ialah sosok yang makananannya, pakaiannya, tempat tinggalnya (rumah) dan hal- hal lain yang berkaitan dengan kehidupan duniawi, adalah sederhana, tidak bermewah-mewahan dan tidak berlebihan dalam kenikmatan.”
Hari-hari ini kita sering mendengar atau menyaksikan semakin banyak orang di negeri ini yang bicara apa saja, seenaknya, tanpa mikir lebih dulu dan tanpa beban apapun, meski menyakiti orang lain, hoaks dan fitnah yang dapat menimbulkan dampak yang besar bagi kehidupan bersama.
"Tanda-tanda runtuhnya amal sholeh adalah penyakit sombong. Ketika beramal ia hanya memandang orang lain dengan pandangan mencaci atau dengan memandang buruk," dawuh Habib Ali Al-Jufri.