INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Saat pemberlakuan new normal ini bukan berarti kembali seperti keadaan semula, tetap melakukan prosedur dan protokol medis, tetap pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, mengurangi aktivitas di luar rumah dan sebagainya
Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan cukup singkat pro-kontra itu dalam Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari (Juz 6, hlm. 529-530).
Bagaimana hukum menggunakan masker ketika shalat, karena dikhawatirkan akan menularkan virus ke jamaah yang lain?
Kita tidak menyalahkan ijtihad para ulama klasik kita. Boleh jadi kitalah yang kurang teliti menempatkan argumen para ulama klasik ke ranah khusus yang memang bukan sorotan utama para ulama kita dahulu. Istilahnya Madzhab Qauli tetapi beda konteks.
Saya perlu segera menyelesaikan tulisan ini sebelum hari raya, nanti tinggal bermaafan. Sebab ceramah ustadz Salafi ini menyalahkan banyak amalan kita meski dalam durasi singkat. Biasanya saya cukup menjawab pakai hp, kali ini saya menulis di senjata kedua yang lebih besar, laptop.
Saya kira sudah tepat ditangani Polda karena beliau memang orang besar. Sebab kita tidak anti Habaib, tidak anti yang berbau keArab-Araban. Karena kiprah dan dakwah Habib Umar bin Abdullah ini jauh lebih besar dari pada sekedar potret kejadian kemarin.
Ini adalah dalil kita untuk ziarah kubur dan silaturahmi setelah hari raya dalam keadaan normal. Untuk saat ini kita cukup baca Yasin dari rumah, kita yakin pahalanya sampai.
Kitab berbahasa Arab ini ditulis sahabat saya yang selalu saya istifadah dari ilmunya, Gus Nanal Ainal Fauz. Secara khusus membahas tentang dalil-dalil dimungkinkannya melihat dan berjumpa dengan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam keadaan sadar dan terjaga.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Kyai Lathifi, Abah saya, saya sendiri (jangan diketawain) dan KH Qosim Bukhari.