Umat manusia pasti bisa menemukan anti virus korona dan bangsa kita yang besar ini pasti bisa melewatinya dan kembali pada hidup normal.
Soal kematian, tanpa virus covid-19 ini kalau sudah waktunya mati ya tetap mati. Jika takdir tidak mengatakan mati maka tetap akan hidup.
Suatu kali, Maulana Habib Luthfi bin Yahya pernah berdawuh mengenai tiga penyebab kenapa orang yang pintar dan benar-benar pintar, tetapi ilmunya kurang bersinar. Begini dawuh beliau:
Diantaranya ada kejadian Sahabat yang menggunakan air berakibat pada kematian lantaran diberitahu oleh yang lain tanpa berdasarkan ilmu
Suatu Ramadan (saya lupa tepatnya) saya menerima panggilan untuk menghadap ke Leteh, Rembang. Saya mengajak kakak saya, dan dua teman lain ke sana.
Imam Ahmad Ar-Rifa'i apabila berpapasan dengan seekor babi atau anjing maka beliau berkata “betapa nikmatnya pagi hari ini”.
Waktu kecil dulu, melalui penuturan dari masyarakat sekitar di desa saya (desa Cebolek, di Kabupaten Pati, Jawa Tengah), saya kerap mendengar kisah tentang Kiai Cebolek atau Kiai Mutamakkin (hidup kira-kira pada pertengahan abad ke-17 dan awal abad ke-18) yang melakukan perjalanan ajaib ke Timur Tengah dengan berkendaraan "jin".
Banyak dari ustadz kalangan Salafi ini ibarat dokter palsu (belajar dari internet) sering salah melakukan diagnosa. Kalau benar-benar dokter akan sangat berhati-hati dalam menganalisa penyakit dan memberi obatnya
erkata Habib Ahmad bin Hasan al Attas ; empat kitab yang hendaknya dibaca dan diulang-ulangi. Karena sesungguhnya bagi pemula akan mendapatkan kemanfaatan dan senior akan menjadi pengingat.
Ujub, takabbur dan membanggaan diri merupakan penyakit yang tidak mudah disembuhkan. Penyakit tersebut dapat merusak dirinya dan manusia sekitarnya.