Iman seorang Muslim dapat bertambah dan berkurang. Adapun faktor yang membuat iman seseorang bertambah tidak lain dan tidak bukan adalah ketaatan, sedangkan faktor berkurangnya iman adalah maksiat.
Manusia Mukmin akan memiliki kemerdekaan jiwa yang bebas, terlepas dari kungkungan atau pengaruh orang lain. Ia hanya menyakini bahwa Allah sajalah yang mengangkat derajat seseorang atau merendahkannya, memberikan kemuliaan atau kehinaan.
Al-Futuwwah itu adalah kedudukan seorang yang seluruh hidupnya diabdikan untuk kepentingan orang lain tampa membeda-bedakan apa agama dan keyakinannya, jenis kelamin, ras maupun etnisnya (tidak diskriminatif). Atau bahasa lainnya adalah "mengabdi tanpa syarat".
Piagam Madinah merupakan salah satu strategi politik Nabi SAW dalam mengelola keragaman dan pluralitas, merajut kebersamaan dan kerukunan antar umat beragama untuk keamanan dan kepentingan negara Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW.
Ibadah Shalat memiliki pemaknaan yang mendalam, lebih dari sekedar ritual yang dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini membawa pemahaman mendalam bahwa sebenarnya ibadah shalat mengandung nilai, misi dan keluaran (outcome).
Sebagian ulama berpendapat, bahwa seseorang yang melaksanakan shalat tetapi tidak khusyuk, maka shalatnya tetap bisa dianggap sah tapi tidak berpahala. Sebagian ulama lainnya menjelaskan, bahwa khusyuk adalah termasuk syarat sahnya shalat, maka tidak sah shalatnya seseorang yang tidak khusyuk.
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)
“Perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan bersabarlah dengan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)
Jika kita belajar dari sejarah, maka akan didapati bahwa para ulama dan sarjana terdahulu melalui semua proses pendidikan yang disebut tarbiyah, ta'lim, ta'dib dan tazkiyah.
“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)