INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Menanyakan sanad hadits mengalami fase tertentu, kadang tidak perlu ditanyakan, kadang juga ditanyakan sanadnya. Hal ini sudah sejak dulu, maka jangan heran jika sekarang terulang kembali.
Kaidah ini adalah salah satu cabang dari kaidah yang sebelumnya kita bahas. Intinya adalah: selama sesuatu belum naik level menjadi fakta sebab masih ada sedikit kesimpangsiuran soal keberadaannya, maka secara hukum ia tetap akan dianggap tidak ada, sama seperti kondisinya semula.
Sebab, sekali lagi tak ada jaminan bagi kita, Ramadan yang akan datang Allah beri kesempatan kita untuk mencicipi jamuan-Nya yang mulia ini.
Jika dibacakan kepada orang yang sakit sebanyak 120 kali, maka dia akan sembuh, atau diringankan sakitnya, selagi belum sampai ajalnya
Sayyid Quthb membuka penafsiran ayat ini dengan terlebih dahulu menjelaskan, bahwa membuka ayat al-Quran dengan basmalah merupakan sebuah adab dan bimbingan pertama yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw: iqra’ bismi rabbika.
Luqman ini spesial. Beliau bukan Rasul, tapi namanya diabadikan di dalam Al-Qur'an menjadi nama surat. Selain Luqman yang Bijak, ada nama lain---selain para Rasul-- yang menjadi nama surat, yaitu Maryam dan Imran.
Setiap ayat dalam Alqur’an, selalu memberikan mutiara tiada henti; indah dilihat, enak dibaca dan membuat hati bahagia dalam mengkajinya. Ayat yang sering diulang-ulang ketika bulan Ramadan adalah : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183).
"Fakta (hal yang sudah yakin terjadi) tak bisa dihilangkan sebab praduga"
QS. Al-Baqarah/2: 183 adalah dalil yang paling sering dikutip dalam pembahasan puasa. Di antara kandungan ayat tersebut terdapat dua kata kunci. Pertama, perintah puasa itu sendiri. Kedua, tujuan disyariatkannya puasa. Terkait puasa, al-Qur’an menggunakan dua redaksi yaitu shiyâm dan shaum.
Jika kita simak sifat-sifat Allah di dalam Asmâul Husnâ, Allah lebih banyak tampil dari sisi jamâliyah (keindahan-Nya) ketimbang jalâliyah (keperkasaan-Nya). Manifestasi jamâliyah Allah yang paling intens tertuang dalam sifat Rahmân Rahīm. Di dalam al-Qur’an (QS. al-An’âm/6: 54),