Perbedaan pendapat, jikalau dipahami dengan proporsional, maka tentu akan membawa rahmat. Umat Islam secara umum tinggal memilih satu pendapat yang lebih cocok, lebih sesuai dan lebih maslahat serta lebih mudah dijalankan, di antara sekian banyak pendapat.
Banyak sekali tradisi haul diselenggarakan oleh masyarakat, khususnya haul para ulama atau wali yang masyhur. Tradisi ini sudah menjadi kebiasaan yang tak bisa ditepis dan dihilangkan sama sekali, meski tidak sedikit orang yang mengkritik.
Keimanan itu harus menancap di dalam hati, lalu kemudian diamalkan melalui ucapan dan tindakan dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dan semuanya ini, tentu tidak bisa terlepas dari petunjuk dari Rasulullah SAW.
Dalam kitab Hasyiyah Al-Jamal disebutkan, bahwa Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim dikhususkan disebut dalam Tahiyat Akhir karena rahmat dan keberkahan tidaklah berkumpul pada nabi selainnya.
Hajar berhenti mengejar, lalu ia terdiam. Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang memgagetkan semuanya: malaikat, butir pasir dan angin. “Jikalau ini perintah dari Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Tuhan akan menjaga kami.”
Ketahuilah bahwa ibadah qurban bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi memiliki makna yang lebih dalam. Qurban adalah simbol dari ketaatan dan pengorbanan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS.
Di antara amalan yang dianjurkan dalam sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah berpuasa, terutama pada hari Tarwiyah dan Arafah, yakni tanggal 8 Dzulhijjah dan tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa pada hari-hari ini memiliki keutamaan yang besar.
Jadi, di sini dapat dipahami bahwa qurban dengan menyembelih kambing itu adalah untuk satu orang. Tetapi sebagaimana orang bersedekah, pahala yang didapatkannya bisa “dibagi” atau “diperuntukkan” kepada orang lain, misalnya untuk keluarga, baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup.
Jika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya teori dari Barat tentang kesejahteraan hewan sudah lebih dulu dikenal dalam agama kita. Dalam banyak Hadis Nabi disebut dengan istilah berbuat baik terhadap hewan.
Pada dasaranya tujuan menyembelih hewan qurban adalah untuk menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS sebagai bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah SWT.