Dr. KH. Husein Muhammad yang akrab disapa Buya Husein menyebutkan sebuah istilah menarik yang beliau temukan, yaitu istilah “Mantiqotul Jisr” yang berarti tempat pertemuan di tengah-tengah jembatan. Namun, maksud sebenarnya bukanlah “letterlijk” demikian, sebab istilah ini hanya sebuah analogi atas sebuah kondisi realitas yang ingin diuraikan.
Seiring dengan berkembangnya teknologi internet dewasa ini, penyebaran informasi semakin masif saja terjadi, bak bencana tsunami yang arusnya tidak bisa dibendung lagi, bahkan bisa berpotensi menerjang dan meluluh lantahkan apapun yang berusaha menghalaunya.
Nabi Muhammad berkali-kali menegaskan bahwa pekerjaan manusia yang paling disukai Tuhan adalah melepaskan penderitaan manusia, menghilangkan rasa lapar mereka, membagi kegembiraan atau kebahagiaan di hati dan menyebarkan kedamaian.
Islam mengajarkan agar manusia, secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memberikan perhatian dan pertolongan kepada mereka yang ditimpa kesusahan, penderitaan dan kelaparan.
Sebagai makhluk sosial, setiap orang harus menjaga hubungan harmonis di antara sesama. Hubungan harmonis itu bisa terjaga apabila setiap individu mempunyai akhlak yang baik dan menghindari sifat sombong.
Dengan iman dan takwa itu akan ditemukanlah rahasia yang mengantarkan kita kepada ridho Allah SWT. Dan ketahuilah bahwa sungguh tiada yang lebih pantas untuk diharapkan dari seorang hamba, kecuali hanyalah ridho dari Sang Pencipta, Allah SWT.
Untuk mengenal, lebih mengetahui, mengeksplorasi alam dhahir, Allah sudah anugerahkan kepada kita piranti panca indera (five senses) yang dipadukan dengan akal pikiran (mind) untuk menggali dan men-discovery pengetahuan yang dengannya memberi manfaat untuk hajat hidup manusia di dunia.
Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan ibadah, baik itu ibadah yang berupa ritual keagamaan maupun ibadah sosial, adalah cerminan rasa bahagia dan merupakan tanda cinta kepada Allah SWT, Dzat Sang Pencipta Semesta Alam.
Salah satu mufasir kenamaan Indonesia juga menyoroti problem ini, seperti M. Quraish Shihab. Beliau menyatakan bahwa seseorang harus bersyukur atas kebaikan ibu dan bapaknya, sebab betapa keduanya mengalami masa-masa sulit ketika membesarkan seorang anak. Oleh sebab itu, maka berbuat baik kepada orangtua dinilai pahala.
Ulama perempuan diharapkan terlibat aktif dalam penyebaran nalar Islam wasathi, yakni sebuah cara pandang moderat, toleran, menghargai keragaman dan anti kekerasan dalam segala bentuknya.