INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Hidup damai merupakan salah satu tujuan mulia dalam Islam. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menjaga kedamaian dan ketenteraman, baik di dalam keluarga, masyarakat, maupun antar bangsa.
Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Banyak petunjuk yang membahas tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan jiwa.
"Tidak ada satu pun orang yang mengingkari bahwa semakin banyak kerepotan maka semakin menjadi penghalang bagi ilmu. Sedangkan istri dan anak-anak merupakan penghalang yang paling besar."
Saya hanya ingin mengajak kita merenungi jalan yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW yang jelas merupakan teladan bagi semua orang.
Berprasangka baik kepada Allah juga merupakan sebab yang besar dalam meraih ketenangan hati, kedamaian pikiran, dan kelapangan dada.
Islam sangat menganjurkan agar memperhatikan anak yatim dan orang yang lemah atau kaum dhu'afa. Banyak sekali Ayat Al-Quran dan Hadis Nabi yang menerangkan tentang anak yatim.
Sudah sepantasnya kita menghormati anak yatim, sebab Baginda Nabi SAW juga merupakan seorang yatim. Kata yatim sendiri disebutkan sebanyak 23 kali dalam Al-Quran, yaitu delapan dalam bentuk tunggal, 14 dalam bentuk jamak, dan 1 dalam bentuk dua (mutsanna).
"Barang siapa berpuasa para hari 'Asyura, tanggal 10 Muharram, niscaya Allah akan memberikan seribu pahala Malaikat dan10.000 pahala Syuhada. Dan barang siapa mengusap kepala anak yatim pada hari 'Asyura, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya."
Istilah yatim bukanlah kata yang asing di telinga kita. Ketika mendengar kata ini, terlintas dalam benak kita tentang seorang anak yang ditinggal orang tercinta dan paling berharga dalam hidupnya, entah itu ayah ataupun ibu.
Pengertian yatim dalam syariah tak jauh beda dengan makna secara bahasa, yaitu seseorang yang ditinggal wafat bapaknya dan belum baligh.