Perbuatan kriminal memang sangat berpotensi membuat kerusakan, merugikan, dan meresahkan banyak pihak. Namun, dalam pandangan Islam, pelakunya tidak boleh diperlakukan semena-mena, atau dihakimi sendiri oleh massa.
Menurut Ibnu Hajar kenapa tiga hal tersebut menjadi tanda munafik, adalah karena perilaku tersebut telah merusak tiga pokok utama agama Islam yang mencakup perkataan, perbuatan, dan niat.
“Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Hidup, yang tidak mati dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Furqan: 58)
Islam mengajarkan hal-hal baik yang tentu semuanya bermanfaat pemeluknya. Segala perkara yang merusak itu diharamkan atau dilarang. Bahkan, haram tersebut tidak hanya karena merusak atau merugikan bagi orang lain, tetapi juga dilarang membahayakan dirinya sendiri.
Syaikh Ahmad Thayyib menekankan bahwa tindakan membongkar aib seseorang, khususnya dalam konteks hubungan terlarang, bukan hanya melanggar adab dalam bermuamalah tetapi juga dapat membawa berbagai dampak buruk, baik bagi yang membuka aib tersebut maupun bagi orang yang terkena dampaknya.
Kisah Ashabul Kahfi adalah pengingat bahwa dalam setiap zaman, Allah selalu menyediakan generasi muda yang kuat untuk menjaga ajaran-Nya. Para pemuda Islam hari ini adalah penerus kisah tersebut. Maka harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh dalam membangun karakternya.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, banyak perempuan yang berani menyuarakan kasus kekerasan (seksual) yang dialaminya, sekalipun harus melawan tuduhan "aib" dari masyarakat.
“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Zina adalah perbuatan yang tergolong ke dalam dosa besar, sebab itulah Allah SWT sangat melarangnya. Lalu adakah dosa besar yang diakibatkan oleh zina itu ada pengaruhnya pada seretnya rezeki seseorang?
Perkara apakah shalatnya diterima atau tidak, adalah mutlak hak prerogatif Allah SWT. Satu hal yang harus diyakini dan dilakukan oleh siapa pun adalah tidak boleh pernah berputus asa atas rahmat Allah SWT, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Az-Zumar ayat 53.