Mari memuliakan Bulan Rabiul Awal ini dengan sebaik-baiknya memuliakan. Mengagungkannya dengan memperbanyak shalawat, shalat, sedekah, puasa, dan segala bentuk amal kebajikan lainnya.
Dalam Kitab Jala’ul Afham Syarhu Aqidatil Awam, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menyertakan satu kisah menarik tentang mimpi pengarang Nadhom Aqidatul Awam, Syaikh Ahmad Marzuqi. Kisah tersebut ditengarai sebagaimana pengakuan dari pengarangnya sendiri yang dipertanggungjawabkan.
Salah satu tradisi yang masih melekat di Nusantara sampai saat ini adalah Rebo Wekasan. Yaitu hari Rabu terakhir dari Bulan Shafar. Pada hari Rabu terakhir di Bulan Shafar ini diyakini sebagian masyarakat terkait dengan turunnya banyak malapetaka.
Senantiasa berikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT agar terbangunlah keluarga ideal yang menjadi pilar kokoh bangsa ini. Dan pada gilirannya, bangsa kita akan menjadi bangsa yang kuat dan selamat, negeri yang aman dan diberkahi dengan berlimpah rezekinya.
Amal yang kita lakukan akan diterima Allah jika memenuhi dua rukun. Pertama, amal itu harus didasari oleh keikhlasan dan niat yang murni dan hanya mengharap keridhaan Allah SWT. Allah Swt menerangkan dalam Al-Qur’an.
Sedekah dengan jumlah banyak tetapi tidak ikhlas itu lebih utama daripada sedekah dengan jumlah sedikit tetapi disertai keikhlasan
Menzalimi atau berbuat aniaya kepada sesama manusia merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Perbuatan tersebut perlu dihindari, karena memang dilarang oleh Allah SWT.
Sebenarnya jika kita masih mampu untuk bersilaturrahim secara langsung bertemu dan bertatap muka, maka kita harus melakukan hal itu semampunya. Tapi jika memang tidak bisa dikarenakan adanya halangan, maka dalam konteks zaman sekarang, bisa juga melakukan silaturrahim via online melalui smartphone.
Selama periode Makkah, Nabi Muhammad SAW bersama dengan pengikutnya diperlakukan sangat tidak manusiawi oleh orang-orang Musyrik Makkah. Tercatat dalam sejarah bagaimana pemangku adat bersama dengan birokrat melakukan pemboikotan (embargo) ekonomi dan sosial selama kurang lebih tiga tahun lamanya.
Dalam pemahaman kalangan Nahdliyin dan secara umum umat Islam, arti dari Manaqib kurang lebih adalah biografi, sejarah hidup, seorang ulama, atau seorang tokoh intelektual berpengaruh dan lain sebagainya yang masih terkait dengan ketokohan seseorang.