Mulai dari tentang pentingnya meneladani kesholehan para pendahulu, menentukankonteks penentuan Miqat Haji, dan Rahmat Allah,
Orang kafir itu bisa menjadi muslim dengan mengucapkan Kalimat Syahadat, bagaimana mungkin lalu orang yang asalnya Islam itu bisa menjadi kafir hanya karena melakukan tahlilan di kuburan, karena dianggap meminta-minta dikuburan. Sedangkan Tahlilan sendiri adalah Dzikir tentang mengesakan Allah dan mendoakan si mayit agar diberi ampunan.
Sebagai agama samawi, Islam memadukan antara dimensi esoterik (aqidah) di satu sisi, dan dimensi eksoterik (syari’ah) di sisi yang lain. Dimensi eksoterik ajaran Islam memuat ajaran paling fundamental yang menyangkut sistem keimanan dan kepercayaan terhadap Allah SWT sebagai pencipta alam semesta.
Perjanjian Hudaibiyah atau disebut Shulhu Hudaibiyah terjadi pada bulan Dzul Qo’dah. Perjanjian ini dilatarbelakangi adanya kesepatakan untuk tidak melakukan peperangan dalam bulan yang dimuliakan, bulan haram, yang diantaranya adalah bulan Dzul Qo’dah. Bulan ini merupakan bulan yang digunakan untuk persiapan melakukan ibadah haji dan umroh.
Pandangan hukum islam terkait arisan adalah sebagaimana muamalah yang diperbolehkan, meskipun ONH-nya sering berubah, sehingga setoran yang harus diberikan oleh peserta arisan juga harus disesuaikan berubah.
Dalam konteks penciptaan alam, dibanding makhluk lainnya, manusia adalah makhluk paling mulia. Para sufi menyebutnya sebagai insan kamil, manusia yang sempurna.
Laduni.id- Manusia sudah semestinya dapat menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat. Ini tersirat dalam harapan di setiap akhir doanya yang selalu memohon agar mendapatkan kebaikan hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam hukum pemakaian cadar, terdapat silang pendapat di antara para ulama juga para pakar hukum Islam. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya dalil yang menjelaskan tentang cadar secara jelas. Perbedaan pendapat ini menghasilkan beberapa hukum juga, ada yang menghukumi boleh (mubah), sunnah, dan bahkan mewajibkan untuk bercadar.
Manusia yang beriman dan bekerja dengan baik, sehingga melahirkan karya-karya besar yang bermanfaat bagi sesamanya disebutkan al-Qur’an sebagai manusia yang paling baik dan terpuji. Sesungguhnya manusia yang paling mulia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi sesamanya dan makhluk lain secara menyeluruh.
Dengan selalu bersyukur kepada Allah SWT, kita tidak akan pernah mengeluhkan keadaan yang Allah SWT telah berikan kepada kita. Bersyukur juga merupakan wujud terima kasih kita sebagai hamba-Nya, kepada Tuhan yang telah memberikan berbagai nikmat.