INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Nabi Muhammad SAW memang pernah melakukan peperangan, mengangkat senjata dan menjadi panglima perang. Namun pihak yang diperangi oleh nabi bukanlah setiap orang yang berbeda agama.
Kebaikan atau keburukan yang kita lakukan pada seseorang sudah pasti dirasakan pengaruh dan dampaknya oleh orang lain itu. Akan tetapi, keburukan atau kebaikan yang kita lakukan pada orang lain, itu sesungguhnya adalah kebaikan atau keburukan yang kita lakukan untuk diri sendiri juga.
Bersyukur dalam konteks kepada orang tua terwujud dalam bakti kita kepada mereka. Bersyukur kepada mereka juga merupakan bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT. Dalam arti, hakikat kita bersyukur kepada orang tua adalah juga bersyukur kepada Allah SWT.
Mungkin tidak semua pemimpin dapat persis seperti Nabi Muhammad SAW, tetapi setidaknya ada komitmen yang dibangun untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai seorang pemimpin dengan sebaik-baiknya dengan meneladani karakter nabi.
Kalau kita senang hidup kita mudah, dihargai orang lain, dan dibantu sesama, maka lakukanlah hal yang sama kepada orang lain. Sebagaimana kita ingin diperlakukan dengan baik, maka kita berprilaku pula yang baik.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang mempunyai perangai berbeda-beda. Tetapi bagaimanapun manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi keistimewaan akal, agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.
Ada tiga prinsip keimanan dalam tataran sosial yang harus dipegang teguh oleh setiap orang agar itu tidak mengganggu dan merusak keimanannya.
Klaim baik dan buruk terhadap sesuatu terjadi secara dzatiyah. Untuk mengklaim bahwa mencuri itu buruk tidak perlu menunggu wahyu turun. Secara dzatiyah, mencuri memang buruk dan akal mengetahuinya.
Meski "Bangsa Yahudi" diberi keunggulan, namun bukan serta merta menjadi bangsa yang terbaik, justru banyak disebut dalam Al-Qur'an kemurkaan Allah kepada mereka karena membunuh para Nabi, memakan riba, kemungkaran dibiarkan dan seterusnya.
Pemahaman 'ashobiyah hanya dikenakan kepada adanya pembelaan kepada perilaku zalim dari kelompoknya. Meski ada kezaliman tetapi, karena ada sifat 'ashobiyah itu, maka tetap dibelanya.