Negara kita merupakan bangsa yang besar dan berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Walaupun tidak menjadikan syariat Islam sebagai dasarnya, namun mayoritas penduduknya beragama Islam.
Sanad adalah fondasi yang tak tergantikan dalam memahami dan menyebarkan ilmu agama. Sanad menjadi benteng untuk menjaga otentisitas ajaran Islam, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama berdasarkan pesan-pesan yang tersirat dalam Al-Qur’an.
“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak orang berilmu di antara kami.” (HR. Ahmad).
Kesuksesan seorang murid dalam menimba ilmu tidak hanya ditentukan oleh lembaga pendidikan, ilmu itu sendiri, metode belajar, atau sarana pendidikan, melainkan ada pada diri sang murid itu sendiri, yang mana hal itu terletak pada akhlaknya kepada sang guru.
Dalam proses pembelajaran, murid membutuhkan orang alim atau yang umum disebut dengan guru, ustadz, atau kyai. Murid dan orang alim perlu berinteraksi. Namun, dalam hal ini, perlu dipahami bahwa ada adab-adab tertentu yang harus diperhatikan seorang murid terhadap gurunya.
Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan meniscayakan adanya tanggung jawab. Demikian pula terkait hal memilih menjadi juru damai.
Dalam psikologi, zuhud itu sama dengan orientasi masa depan, di mana seseorang harus memiliki tiga hal, yakni motivation, planning dan evaluation. Orang yang zuhud adalah orang yang berorientasi masa depan.
Hakikatnya, setiap orang Mukmin itu memahami bahwa ilmu, harta dan jabatan adalah wasilah untuk berkhidmah, untuk meraih ridho Allah SWT. Mereka berkhidmah, dengan ketundukan dan penuh keikhlasan.
Saya sangat menghargai upaya sejumlah ormas Islam di berbagai negara dengan beragam jalan yang ditempuh, berupa slogan, jihad dengan makna yang lebih luas, dan sebagainya. Namun, saya meyakini peradaban Islam yang dahulu diraih oleh umat Islam adalah mereka yang memiliki keunggulan secara pribadi.
“Jagalah diri kalian dari neraka, sekalipun hanya dengan sebiji kurma. Kalaulah tidak bisa, lakukanlah dengan ucapan yang baik.” (HR. Bukhari)