Rasulullah SAW adalah sosok teladan yang tiada tanding dalam hal keikhlasan, keteguhan, serta keberanian untuk menyampaikan risalah Allah, meski rintangan dan cobaan terus menghadangnya.
Peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan sekadar perayaan, melainkan juga merupakan kesempatan untuk menghidupkan kembali ajaran-ajaran beliau melalui pembacaan dan pemahaman tentang Sirah Nabawiyyah, yakni kisah kehidupan Rasulullah SAW.
Dalam kitab Nashoihul Ibad karya Syaikh Nawawi Al-Bantani terdapat nasihat Nabi Muhammad SAW kepada Abu Dzar Al-Ghifari. Rasulullah SAW menyampaikan empat hal kepada Abu Dzarr untuk menjadi bekal kelak di akhirat.
Mengenali dunia dengan baik adalah sumber sekaligus cara menemukan kebahagiaan yang sejati. Dunia itu sarana dan bukan tujuan.
Melihat fenomena yang demikian itu, jika kita membuka kembali sejarah Islam, kita akan menemukan sebagian kelompok yang cenderung bersikap kasar, atau lebih tepatnya sembarangan dalam mengkritik dan merasa paling benar. Mereka dikenal dengan sebutan kaum Khawarij.
Menurut riwayat yang masyhur dalam literatur Islam, Abu Lahab merasa sangat gembira ketika Nabi Muhammad SAW lahir. Kegembiraan ini diwujudkan dengan memerdekakan Tsuwaibah, seorang budak perempuan yang membawa kabar kelahiran tersebut.
Di bulan Rabiul Awal ini, kita menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kita harus memahami arti pentingnya merayakan kelahiran beliau, yang mana kemudian dikenal dengan perayaan Maulid Nabi.
Nama lengkapanya adalah Hassan bin Tsabit bin Al-Mundzir Al-Khazraji Al-Anshori, yang kemudian biasa disebut Abul Walid. Beliau merupakan salah satu sahabat dari kalangan kaum Anshor. Setelah masuk Islam, para sahabat menyebutnya sebagai “Sya’iru Rasulillah” (Sang Pujangga andalan Rasulullah).
"Ibnu Abbas mendengar Umar berkhutbah di mimbar bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Janganlah kalian memujiku seperti Nasrani memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah. Katakan bahwa aku adalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya.'" (HR. Bukhari).
Hadis yang sudah populer bahwa "para ulama adalah pewaris para Nabi" (HR. Tirmidzi), dijelaskan bahwa yang diwariskan oleh para Nabi itu ada tiga hal, yakni ibadah, ilmu dan akhlak (Abid, Alim dan Arif).