Sebagai ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, Shalat tentunya harus dilakukan dengan khusyuk. Untuk mencapai khusyuk dibutuhkan yang namanya tuma’ninah, sikap tenang, diam dan tak terburu-buru untuk mencapai kekhusyukan
Al-Attas adalah salah seorang intelektual yang melihat ruh manusia terdiri dari jiwa hewani (al-nafs al-ḥayawaniyyah) dan jiwa rasional (al-nafs al-naṭiqah). Kemudian memberikan jawabannya terhadap bagaimana manusia ini dapat mencapai kehidupan yang ideal atau kehidupan yang bahagia dari pengalaman kehidupannya
Pembahasan ilmu akidah sangat luas, tetapi tidak semuanya wajib diketahui. Yang wajib diketahui tentang Allah sedikit sekali. KH. Hasyim Asy'ari, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama yang biasa disebut Hadratus Syaikh adalah sosok yang sangat alim sehingga mampu meringkas ilmu akidah yang paling minimal untuk diketahui setiap muslim hanya dalam beberapa kata
Pelabelan nama “Kyai Kampung” hanya menstatuskan ulama pada lokasi dakwahnya saja, esensi ulama yang ada pada diri kyai kampung tetaplah sama. Mungkin saat ini bisa saja ada label yang tersemat “Kyai Kampung dan Kyai Kota”.
Meski sering dianggap sama, ada perbedaan mendasar antara ilmu akidah dan ilmu kalam
Rutinitas Shalat Dhuha Dapat Melatih Sisi Emosional Dan Spiritual Shalat Dhuha Dapat Melatih Sisi Emosional Dan Spiritual
Bila kita mengamati kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat, maka akan dijumpai berbagai macam manusia dengan kepribadiannya masing-masing yang berbeda.
Saya sering ditanya masalah ini, yaitu ketika shalat satu imam dan satu makmum. Dalil Hadis menunjukkan berdiri sejajar antara imam dan makmum. Tapi pendapat ulama Mazhab justru seperti bertentangan, sebab makmum mundur sedikit dari posisi berdiri imam. Apalagi jika ditambah "Anda ikut Nabi apa ikut imam Mazhab?"
Doa merupakan upaya untuk meminta kepada Sang Pemilik kehidupan, dengan berdoa seorang hamba membuktikan bahwa dirinya telah menggantungkan hidupnya kepada Sang Pemilik hidup
Banyak pelopor kebangkitan Islam yang juga seorang sufi, sebut saja Shalahuddin al-Ayyubi (Sang Pembebas Yerusalem) dan Muhammad al-Fatih “Sang Penakluk Konstatinopel”. Mereka berdua ditolak status kesufiannya oleh orang-orang yang baru belajar agama