INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
“Kematian ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagiku daripada meninggalnya satu orang ulama.” (HR Al-Baihaqi)
Allah sangat menyukai orang yang lelah karena beribadah kepada-Nya, dan di antara kelelahan itu Allah jaminkan surga baginya. Ada delapan jenis lelah yang disukai oleh Allah, diantaranya
Kita bodoh atau pintar, kaya atau miskin, ini nasib. Bisa diubah. Takdir tidak akan bisa diubah. Takdir ada yang keras (hard) dan ada yang lunak (soft). Bangsa yang belum bisa membedakan antara takdir dan nasib, tidak akan bisa menjadi pemimpin peradaban.
Tulisan ini sekedar self reminder atau pengingat untuk diri sendiri, atau mungkin untuk banyak ustadz dan pengajar yang meremehkan masalah muthola’ah sebelum mengajar dengan dalih “ah materinya gampang.. ah sudah paham..
Itu bukan beda syariatnya, tapi beda tradisi. Tolong para hadirin, jadi nggak perlu lah kita itu kafir-kafiran perkara (tradisi)
Sungguh alangkah rugi dan kasihannya orang ini, ia yang berletih-letih dalam ibadah untuk memperoleh pahala, dan ia juga berharap sepenuh hati agar pahala itu dapat menambah berat timbangan dan menyelamatkannya di akhirat, namun justru pahala yang ia kumpulkan di berikan dan di nikmati oleh orang lain.
“Seseorang perlu pergi mendatangi ilmu, bukan ilmu yang mendatanginya,” begitulah kiasan yang sering terdengar di kalangan pecinta ilmu.
Ridha merupakan bentuk mashdar (infinitive), dari radhiya - yardha yang berarti: rela, menerima dengan senang hati, cinta, merasa cukup (qana’ah), berhati lapang. Bentuk lain dari ridha adalah mardhat dan ridhwan (yang super ridha). Antonim kata ridha adalah shukht atau sakhat, yang berarti murka, benci, marah, tidak senang, dan tidak menerima.
Ridha merupakan bentuk mashdar (infinitive), dari radhiya - yardha yang berarti: rela, menerima dengan senang hati, cinta, merasa cukup (qana’ah), berhati lapang. Bentuk lain dari ridha adalah mardhat dan ridhwan (yang super ridha). Antonim kata ridha adalah shukht atau sakhat, yang berarti murka, benci, marah, tidak senang, dan tidak menerima.
Ketika Nabi Muhammad wafat, tahun 632 M, para sahabatnya telah menyebar ke berbagai negeri, antara lain Irak, Syam (Syria, Yordania, Pakestina, Lebanon), Mesir dan Persia bahkan sampai China. Di tempat-tempat itu mereka bertemu, bersentuhan dan berinteraksi dengan kebudayaan setempat yang telah terbentuk dan mengakar.