Pembentukan-pembentukan opini selalu terjadi, sehingga pihak-pihak yang dianggap lebih melarat, sekarat, dan rendah selalu dirugikan. Pembentukan ini ada unsur kesengajaan, agar tercipta ketidakstabilan, atau sebaliknya. Biasanya yang membentuk adalah pihak yang dianggap lebih berkuasa (penguasa) dan lebih mendominasi.
Penghargaan atas nama kemanusia semakin marak diberikan, bukan karena manusia semakin dihargai, tetapi manusia semakin menjauh dari arti kemanusiaan, manusia semakin butuh penghargaan untuk diakui menjadi manusia, tetapi semakin menjauh dan semakin banyak yang tidak memanusiakan manusia, bahkan keluarganya, tetangganya dan saudara se-negara pun menjadi ancaman dan pembantaian.
Perubahan itu terjadi setiap detik, dan tak seorangpun bisa menghentikannya. Diam bukan hanya akan diringgalkan tetapi akan terlindas dan mati. Filsuf Pakistan Moh. Iqbal dalam puisinya yang terkenal dan indah sudah bilang :
Sejarah mencatat tanggal 3 Januari 1946 sebagai hari dimana kementerian Agama diakui secara resmi sebagai lembaga tinggi negara yang mengurus umat beragama. Sebagaimana tujuannya, instansi ini didirikan oleh pemerintah untuk tugas khusus mengurus umat beragama, melakukan pembinaan keagamaan dan hubungan antar umat beragama.
Kata “puisi” dan “syair” sudah sangat mashur di telinga kita. “Puisi” di antara pengertiannya adalah bentuk karya sastra yang terikat oleh irama, rima dan penyusun bait dan baris yang bahasanya terlihat indah dan penuh makna. Sedangkan “syair” dalam bayak buku pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu denis puisi, dan jenis ini, dikatagorikan pada puisi lama,
Budaya itu dinamis. Itulah perkataan yang sesuai untuk menjelaskan mengenai perkembangan, pergeseran, bahkan perubahan budaya pada suatu masyarakat. Ada banyak faktor yang mendasari perubahan budaya hidup pada sesebuah masyarakat, antara lain adalah perubahan gaya hidup dan sistem sosial perkampungan ke gaya hidup dan sistem sosial perkotaan.
Setiap daerah, wilayah dan negara, memiliki karya sastra, baik; sastra lisan (ada menganggap tradisi lisan), atau sastra tulis.
Sastra selalu bermuatan ediologi, kalau sastra tak ber-ediologi, ia hanya semacam anyaman senyap, haru-biru, dan bunga semata. Walau keindahan tetaplah menjadi bagian dari sastra, tetapi, apakah hanya cantik, tapi tak sholehah.
Hadirnya para pakar sastra dengan membincang sastra pesantren di Muktamar Sastra, membawa angin segar, khususnya bagi sastrawan yang belum banyak tahu seluk-beluk sastra pesantren, atau bagi peserta muktamar yang belum pernah mendengarnya.
Islam Universal, itulah istilah ilmiah yang digunakan para ahli untuk menggambarkan betapa lengkap dan sempurnya pesan-pesan yang dibawa dalam Islam. Dengan kata lain, Islam dipercayai sebagai sumber ajaran yang bisa & cocok diterapkan secara universal. Dengan inilah kita percaya dengan kesempurnaan Islam sebagai "ajaran agama".