Menyukuri Nikmat yang Sedikit

  1. Hadis:

    قَلِيْلٌ تُؤَدِّيْ شُكْرَهُ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ لَا تُطِيْقُهُ

    Artinya:
    "yang sedikit (tetapi) dapat menimbulkan (rasa) syukurnya lebih baik Dari yang banyak (tetapi) tidak kuat (memikul)-nya."

    Asbabul Wurud:
    Kata Abu Umamah Al-Bahili, telah datang Tsa'labah kepada Al Mushthafa (Nabi Muhammad) ia berkata: "Ya Nabi-Allah, berdoalah kepada Allah untuk saya agar saya diberi rizeki berupa harta."Kata Rasulullah SAW: "Ah, ada-ada saja kau hai Tsa'labah, yang sedikit tetapi dapat menimbulkan rasa syukur… dan seterusnya.""Apakah engkau senang menjadi seperti aku? Jika aku mau niscaya gunung itu berjalan bersamaku. "Tsa'labah berkata: "Berdoalah kepada Allah untukku ya Rasulullah SAW agar Dia memberi aku harta yang banyak, maka demi yang telah mengutus engkau dengan benar, jika Dia memberikan rezeki pasti aku akan membayarkan haknya kepada orang yang berhak. Maka Rasulullah SAW berdoa: "Ya Allah berilah Dia rezeki."Menurut riwayat, pada mulanya ia memelihara seekor kambing kemudian kambing tersebut beranak berkembang biak sehingga memenuhi kota Madinah. Tsa'labah sibuk mengurusi kambingnya. Mula-mula Dia masih sempat bersama Rasulullah SAW shalat berjama'ah di siang hari tetapi tidak sempat di malam hari. kambingnya semakin bertambah sehingga ia tidak lagi tanpak kecuali Dari Jumat ke Jumat. dan akhirnya tidak lagi sempat melaksanakan shalat Jumat atau shalat berjama'ah. Makabersabdalah Rasulullah SAW: "Celakakau hai Tsa'labah!" kemudian Rasulullah SAW mengutus dua orang meminta agar Tsa'labah bersedekah. Tsa'labah menyambut sinis: "Bukan apa-apa ini kecuali upeti."Maka Allah menurunkan ayat yang artinya: "dan di antara mereka ada yang berjanji kepada Allah: "Jika Allah memberikan kepada kami sebagian Dari keutamaan (rezeki)-Nya pasti kami akan bersedekah dan pasti kami akan menjadi orang-orang yang shalih. Maka Ketika Dia memberikan kepada mereka sebagian rezekinya mereka kikir dengannya dan mereka berpaling. (At-Taubah: 77).

    Periwayat:
    Al-Baghawi, Al Bawardi, Ibnu Qani', Ibnu Sakan, Ibnu Syahin, Thabrani, Ad-Dailami Dari jalur Mu'adz bin Rifa'ah Dari Ali bin Yazid Dari Al Qasim Dari Abu Umamah Al-Bahili Dari Tsa'labah bin Abu Hathib Al-Anshari R.A Menurut Al-Baihaqi di dalam isnadnya ada pertimbangan yang mengisyaratkan ketidak shahihannya.


    Tsa'labah adalah anak (Ibnu) Hathib pelaku kisah yang terkenal yang menjadi sebab turunnya surat At-Taubah ayat 77 di atas.