Amal dan Qadar

  1. Hadis:

    اِعْمَلُوْا فَكُلُّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ

    Artinya:
    "Beramallah, maka setiap (orang) dimudahkan baginya (mengerjakan) apa yang telah diciptakan untuknya."

    Asbabul Wurud:
    Ali menceritakan: "Suatu Ketika kami sedang mengurus jenazah di pekuburan (umum) Baqi’. Lalu Nabi datang menjumpai kami. Beliau duduk, dan kamipun duduk di keliling Beliau. Beliau memegang tongkat (untuk, bertelekan), yang Beliau tusuk-tusukkan ke tanah, sehingga terbentuk lubang-lubang kecil sebesar ujung tongkat itu. kemudian Beliau bersabda: Tiada seorangpun di antara kalian melainkan telah ditetapkan (Allah) tempat duduknya dalam surga. Para sahabat bertanya: ya Rasulullah SAW, apakah tidak sebaiknya kita menyerah saja pada (nasib) yang telah tertulis dalam kitab (ketentuan) kita? Maka Rasulullah SAW bersabda: Beramallah, ? dan seterusnya bunyi Hadis.” Menurut Ibnu Abbas, dan Imran bin Hushain ada seorang laki- laki bertanya: ”Ya Rasulullah SAW, apakah kita beramal menurut apa yang berlaku menurut qadar (kita masing-masing) telah kering kalam (pena) Dari mencatat amal atau adakah sesuatu yang bisa kita harapkan lagi? Nabi menjawab: Jushu kita beramal menurut apa yang telah ditentukan qadar dan dicatat oleh pena. Laki-laki itu bertanya lagi: Lalu kenapa kita masih beramal? Nabi bersabda: "Beramallah, ? dan seterusnya bunyi Hadis.” Menurut riwayat At-Thabrani dalam kitab Al-Kabir Dari Abu Bakar As-Shiddiq R.A , yang bertanya pada Nabi SAW: ”Ya Rasulullah SAW, apakah kita beramal berdasarkan urusan yang telah selesai ditetapkan Allah dalam ketetapan-Nya, ataukah kita beramal untuk hal-hal yang akan datang (yang belum ada ketetapan-Nya)? Nabi menjawab: Jushu kita beramal menurut apa yang telah ditetapkan Allah. Abu Bakar bertanya lagi: Lalu kenapa kita beramal lagi ya Rasulullah SAW? Beliau menjawab dengan mengucapkan Hadis di atas.

    Periwayat:
    As-Syaikhan Dari Ali Amiitul mukminin R.A dan At-Thabrani dalam kitab al Kabbir Dari Ibnu Abbas dan Dari Imran bin Hushain R.A


    Hadis di atas kurang lebih berarti "Beramallah dengan kenyataan apa yang diperintahkan kepadamu, dan janganlah menyerah semata-mata kepada apa yang telah ditetapkan (Tuhan) untukmu mengenai kebaikan atau kejahatan yang tersurat di alam azali.

    Karena mengenai suratan (nasibmu itu) kamu sama sekali tidak mengetahuinya. Sibukkanlah dirimu sendiri dengan amal (yang telah engkau) ketahui hukum- hukumnya, dan tak usahlah engkau sibuk memikirkan persoalan nasib yang ditetapkan Allah untukmu yang sama sekali kamu tidak mengetahuinya. Demikianlah salah satu gaya bahasa yang dipakai Allah (uslub Al-Hakim), yang mencegah manusia menyerah pada nasib (itJikaal) dan meninggalkan amal (tark). Sebaliknya Dia suruh mereka mengerjakan apa yang diwajibkan atas hamba-Nya yang berkaitan dengan perintah Tuhannya, dan segera melakukan amal penyembahan (ubuDia h).