Orang yang Paling Utama Keimanannya
-
Hadis:
أَقْوَامٌ فِي أَصْلَابِ الرِّجَالِ يَأْتُوْنَ مِنْ بَعْدِي يُؤمِنُونَ بِي وَلَمْ يَرَوْنِي وَيُصَدِّقُوْنَنِي وَلَمْ يَرَوْنِي يَجِدُوْنَ اْلوَرَقَ الْمُعَلَّقَ فَيَعْمَلُوْنَ بِمَا فِيْهِ فَهَؤُلَاءِ أَفْضَلُ أَهْلِ الْإِيْمَانِ إيمانًاArtinya:
"Golongan (orang-orang) yang berasal Dari tulang punggung laki-laki, akan datang (hidup) sesudahku. Mereka beriman denganku, pada hal mereka tidak melihatku. Mereka membenarkanku, padahal mereka tidak melihatku. Mereka dapati daun (kertas) yang tergantung (Al-Qur'an), lalu mereka beriman dengan isi di dalamnya. Maka mereka itulah golongan orang-orang beriman yang paling utama keimanannya."Asbabul Wurud:
Umar berkata: ”Aku pernah duduk bersama Nabi SAW. Maka Beliau bertanya: Ceritakanlah kepadaku tentang orang beriman yang paling utama keimanannya! Mereka (para sahabat) menjawab: Ya Rasulullah SAWullah, yang paling utama keimanannya adalah malaikat. Beliau menjawab: Ya, tentu saja, dan benarlah demikian halnya. dan tak ada yang menghalangi mereka bisa demikian, karena memang Allah telah menempatkan mereka pada tempat (manzilah) yang Allah seDia kan buat mereka. Tetapi (maksudku) siapa yang lainnya? Mereka menjawab: Para Nabi, yang telah dimuliakan Alah dengan risalah dan nubuwah-Nya. Beliau menjawab: Ya, tentu saja, dan memang demikian keadaannya, Sebab tak ada halangannya, karena memang Allah seDia kan buat mereka. Tetapi (maksudku) siapa yang lainnya? Mereka menjawab: Ya Rasulullah SAWulullah, para syahid (syuhada’) yang telah meminta kesaksian (dengan darah dan nyawanya) bersama para Nabi. Beliau menjawab: Ya, tentu saja, dan benarlah demikian keadaannya. Sebab tak ada halangannya, karena sungguh Allah telah memuliakan mereka dengan syahadah (kesaksian) tersebut bersama para Nabi. (Tetapi (maksudku) siapa yang lainnya? Mereka menjawab: Kalau tidak demikian, siapa lagi ya Rasulullah SAWulah? Maka Beliau sebutkanlah Hadis di atas yang menegaskan keutamaan keimanan orang yang tak pernah bertemu dengan Beliau.Periwayat:
Ibnu Rahawaih, Ibnu Zanjawaih, Al-Bazzar.Abu Ya’la, dan Al-Hakim Dari Umar bin Khatab R.A Al-Hafizh ibnu Hajar mengeritik Hadis ini, karena di dalam sanadnya ada Muhammad ibnu Humaid yang dianggap "matrukul Hadis” (Hadisnya tidak dipakai/ditinggalkan). dalam al Mathalibul ’aliyah, Al-Hafizh mengatakan bahwa Muhammad ini dhaif Hadisnya, jelek hafalannya. Kata Al-Bazzar: yang benar adalah bahwa Hadis ini Diriwayatkan Dari Zaid bin Aslam.
ini tentu saja kalau mereka betul-betul ikhlas dengan keikhlasan yang sempurna. Mereka diseru masuk Islam, disuruh berbuat ma’ruf dan mencegah yang munkar. Tentu nilai tersebut bersifat individual (pribadi). Kalau tidak demikian, maka menurut Hadis lain sebenarnya qurun (abad) terbaik adalah abad (masa) hidupnya Rasulullah SAW, kemudian mereka yang hidup sesudahnya, kemudian mereka yang hidup sesudahnya lagi.
Kebenaran Hadis Nabi tadi dikuatkan oleh ayat yang berbunyi: ”Kitab Al-Qur'an ini tak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang menegakkan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (Al-Baqarah 2 - 3).