Allah Menarik Ilmu dengan Wafatnya Ulama

  1. Hadis:

    إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤَسَاءَ جُهَّالًا فَسَئَلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

    Artinya:
    "Sesungguhnya Allah tiada akan menarik ilmu dengan sekali cabut Dari hamba-Nya, melainkan dengan menarik (mewafatkan) ulama sehingga kalau tak ada lagi tinggal seorang alim pun, manusia mengangkat orang bodoh menjadi pemimpin. Maka (para pemimpin yang bodoh itu) ditanyakan orang (mengenai hal keagamaan), lalu mereka berfatwa (menjawab pertanyaan itu) tanpa didasarkan ilmu, maka sesat dan menyesatkanlah mereka."

    Asbabul Wurud:
    Imam Ahmad dan At-Thabrani meriwayatkan Dari Hadis Abu Umamah, katanya: "Selesai melakukan haji wada’, Nabi SAW bersabda: "Ambillah ilmu sebelum ia ditarik atau Dia ngkat!” Seorang Arab badakh (udik) bertanya: "Bagaimana ilmu itu Dia ngkat?” Beliau bersabda: Ketahuilah, sesungguhnya hilangnya ilmu adalah hilangnya dalam tiga periode. dalam riwayat lain Dari Abu Umamah, orang itu bertanya: "Bagaimana mungkin ilmu terangkat, padahal di tengah- tengah kami selalu ada mushaf (Al-Qur'an), kami mempelajarinya dan kami mengetahuinya, serta kami ajarkan pula kepada anak-anak dan istri kami, demikian pula keapda para pelayan kami.” Rasulullah SAW mengangkat kepalanya, dan Beliau hampirkan kepada orang itu, karena marahnya. Beliau bersabda: "inilah Yahudi dan Nasrani di kalangan mereka ada mushaf, tetapi mereka tidak mempelajarinya, tatkala para Nabi datang kepada mereka. Ibnu Hajar berkata: "Hadis ini masyhur sekali Dari riwayat Hisyam. dan dalam riwayat lain bunyinya: ? sehingga tak ada lagi hidup seorang alim pun.”

    Periwayat:
    Imam Ahmad, As-Syaikhan, At-Turmudzi dan Ibnu Majah Dari Amru bin ’Asha R.A


    ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan ulama dalam pandangan agama. Kematian ulama berarti suatu kerugian bagi umat. Maka kemuliaan ilmu dan kepentinginnya harus dirasakan oleh seseorang yang menuntutnya, dan orang yang mengamalkannya. Maka hidupkan ilmu-ilmu Islam dengan memelihara Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW­Nya serta berusaha mengamalkannya, agar Dia tetap menjadi teladan dan panutan. Jangan tanyakan prihal keagamaan kepada orang bodoh, karena bila mereka berfatwa tanpa mengerti ilmu yang sebenarnya, mereka justru akan menyesatkan (umat) Dari jalan yang lurus.