Mensyukuri Nasihat Allah

  1. Hadis:

    أَيُّمَا عَبْدٍ جَاءَتْهُ مَوْعِظَةٌ مِنَ اللهِ فِي دِيْنِهِ فَإنَّهَا نِعْمَةٌ مِنَ اللهِ سِيْقَتْ إلَيْهِ فَإِنْ قَبِلَهَا بِشُكْرٍ وَإِلَّا كَانَتْ حُجَّةً مِنَ اللهِ عَلَيْهِ لِيَزْدَادَ بِهَا إِثْمًا وَيَزْدَادَ اللهُ عَلَيْهِ بِهَا سُخْطًا

    Artinya:
    "Manusia manapun yang mendapat nasihat Dari Allah tentang agamaNya adalah nikmat yang wajib diterimanya dengan penuh rasa syukur. Jika tidak, cukup menjadi alasan bagi Allah untuk menambah dosa dan kesalahannya."

    Asbabul Wurud:
    Khalifah Al Manshur telah mendatangkan Al Auza'i seraya berkata kepadanya: ”Apa yang menyebabkan anda lebih terlambat Daripada kami?” Al Auza'i berkata: ”Apa yang anda inginkan Dari aku hai Mukminin?” Al Manshur menjawab: ”Ingin mengambil sesuatu yang bermanfaat Dari anda." kemudian Al Auza'i mengemukakan beberapa pelajaran mengenai sunnah Rasulullah SAW. kejadian ini dipandang menjadi sebab terungkapnya sabda Rasulullah SAW di atas. Kata Al-Hafizh Al 'Iraqi di dalam sanadnya ada orang bernama Ahmad bin 'Abd bin Nashih, menurut Ibnu Adi, ia termasuk orang yang baik.

    Periwayat:
    Al-Baihaqi di dalam ”As-Syu'ab dan oleh Ibnu Asakir di dalam At Tarikh” dan "Athiyah bin Qais.


    Hadis ini ada hubungannya atau sejalan dengan firman Allah: "Tahukah kamu, siapa yang telah menjadikan hawa nafsunya menjadi Tuhannya dan Allah membiarkannya (sesat) berdasarkan ilmunya dan mengunci pendengaran dan hatinya. Dia menjadikan tutup atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk setelah Allah. Mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?." (Q. 45: 23).